Musik

Senin, 18 April 2016

Menyayangi Hewan Adalah Sedekah

Oleh: Shobariyyah Jamilah/Wartawati Mi'raj Islamic News Agency (MINA)
Islam mengajarkan menyayangi hewan. Janganlah hewan itu disiksa atau diberi muatan yang berlebihan. Ada hewan yang memang kuat dan bisa diberi muatan, ada hewan yang tidak seperti itu. Maka sayangilah hewan dan jangan menyiksanya
Manusia, hewan, tumbuhan, jin dan semua yang ada di alam semesta ini adalah sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah. Allah mengamanahkan kepada manusia untuk menjaga dan melestarikan yang ada di bumi dan seisinya termasuk dalam menyayangi hewan dan tumbuhan yang telah Allah ciptakan.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS. Al-Baqarah, 2 : 164).
Hal-hal yang dianjurkan memperlakukan binatang:
Ada beberapa anjuran untuk memperlakukan binatang, baik itu binatang liar, binatang jinak apalagi binatang peliharaan. Beberapa anjuran itu sesuai hadist shahih yang berlaku berikut ini.
1. Memanfaatkan faedah yang ada pada binatang secukupnya
“Pada binatang terdapat faedah yang banyak, air susu yang ada di dalam perut binatang adalah minuman yang lezat, dagingnya untuk dimakan, kulitnya untuk  membuat kemah, bulunya menghangatkan badan, bulunya indah jika dipandang, tenaganya dapat digunakan sebagai alat angkut dan juga menjadi kendaraan yang indah dipandang. Madu berguna  sebagai obat. (QS: 016:66, 023:012, 016:80, 016:005-008, 036:072, 016:069).
2. Memberikan makanan dan minuman
Sangat dianjurkan sebagai umat muslim untuk selalu memberikan makanan dan minuman kepada binatang.
Apalagi jika binatang itu dalam situasi atau kondisi yang sedang kelaparan atau kehausan, berdosa jika binatang tersebut harus sengsara.
“Pada setiap sedekah terhadap mahluk yang memiliki hati (jantung) yang basah (hidup) akan dapatkan pahala kebaikan. Seorang muslim yang menanam tanaman atau tumbuh-tumbuh-an yang kemudian dimakan oleh burung-burung, manusia, atau binatang, maka baginya sebagai sedekah” (Bukhori, Muslim).
3. Memelihara dengan penuh keimanan dan kasih sayang
Sebagai hewan peliharaan, sangat dianjurkan jika pemeliharanya harus berbuat baik kepada hewan peliharaannya tersebut.
Misalnya, binatang peliharaan yang dipelihara oleh umat muslim harus dikenyangkan dan dicukupkan air minumnya.
“Barang siapa yang memelihara kuda (binatang) di jalan Allah dengan penuh keimanan pada Allah dan yakin akan janji kebaikan-Nya, maka sesungguhnya makanan terhadap kudanya yang dikenyangkan, pemberian minuman kepada kudanya hingga puas, bahkan kotoran dan kencing (kuda) nya kelak akan ditimbang (sebagai kebaikan) pada hari kiamat”. (HR. Bukhori).
4. Menolong binatang
Seorang muslim dianjurkan menolong binatang apalagi selama mereka sangat menderita walaupun binatang tersebut termasuk hewan yang najis, seperti binatang anjing misalnya.
Maka tak ada pengecualian untuk menolongnya binatang itu walau najis karena tujuannya adalah agar binatang tersebut tidak menderita.
“Seorang wanita pelacur melihat seekor anjing di atas sumur dan hampir mati karena kehausan. Lalu wanita itu melepas sepatunya, diikatnya dengan kerudungnya dan diambilnya air dari sumur (lalu diminumkan ke anjing itu). Dengan perbuatannya itu dosanya diampuni”. (HR. Bukhari)
Hal-hal yang dilarang 
Selain ada beberapa anjuran untuk memperlakukan binatang, baik itu binatang liar, binatang jinak ataupun binatang peliharaan. Maka ada pula beberapa anjuran untuk tidak memperlakukan binatang secara buruk yang sesuai hadist shahih yang berlaku seperti berikut ini.
1. Dilarang mengganggu binatang
Dijelaskan untuk umat Islam dilarang menggangu binatang-binatang, apalagi jika binatang tersebut untuk kurban.
Hal itu diterangkan di dalam kitab suci Al-Qur’an Surah Al-Maidah ayat 2, Allah SWT berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang dan juga binatang-binatang untuk qurban”. (QS. Al-Maidah, 05 : 2).
2. Dilarang memperlakukan binatang dengan buruk
Hewan ternak yang biasanya untuk dipotong, diambil susunya, atau untuk dipekerjakan atau untuk kurban, juga tak luput dari perhatian Rasulullah.
Beliau menganjurkan kepada umat Islam untuk memperlakukan hewan-hewan itu secara baik. Seperti dalam hadist :
“Rasulullah saw. melarang memancang hewan ternak” (Shahih Muslim No.3616). “Nabi Saw melarang mengadu domba antara hewan-hewan ternak” (HR. Abu Dawud).
3. Dilarang menyiksa binatang
Kaum muslimin juga dilarang menyiksa binatang. Hal ini sesuai sengan beberapa hadist:
“Allah melaknat orang yang menyiksa hewan dan memperlakukannya dengan sadis. (HR. Bukhari).
“Rasulullah SAW melarang mengurung (burung) hingga binatang itu mati.“ (HR. Bukhori, Muslim).
“Seorang wanita akan disiksa, karena kucingnya dikurung sehingga mati, lalu dimasukkan orang itu kelak ke dalam neraka, karena kucing itu tidak diberikan makan maupun minum, dan tidak dibiarkannya memakan serangga”. (HR.Bukhori, Muslim).
4. Dilarang membunuh binatang
Membunuh binatang tanpa tujuan dilarang dalam Islam dan termasuk dosa besar karena binatang adalah makhluk yang bernyawa.
Kecuali membunuhnya dengan tujuan tertentu, misal untuk dimakan, karena dalam kondisi terdesak atau membahayakan, dan hal itu dibenarkan dalam hukum Islam. Dan hendaknya dibunuh dengan cara yang baik. Beberapa hadist yang menerangkannya:
“Dosa-dosa yang paling besar yaitu:  1. Menyekutukan Allah dengan sesuatu.  2. Membunuh yang bernyawa , kecuali yang dibenarkan menurut hukum Islam”. (HR Bukhori ).
Demikianlah Islam sudah menjelaskan dan menganjurkan kita untuk menyayangi binatang dan melarang untuk menyiksanya kecuali binatang yang membahayakan diri kita, maka kita boleh membunuhnya. Semoga kita dapat menerapkannya dan menjaga serta melestarikan bumi yang telah Allah amanahkan kepada kita sehingga tidak membuat kerusakan yang dapat menghancurkan ekosistem dan membuat binatang itu punah. (T/P005/R03)
Wallahu a’lam bis showab
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
http://www.mirajnews.com/id/menyayangi-hewan-adalah-sedekah/110853

Manfaat Sujud Bagi Ibu Hamil

Oleh: Shobariyyah Jamilah/Wartawati Mi'raj Islamic News Agency (MINA)
Shalat merupakan kewajiban dan ibadah yang paling utama bagi umat Islam, sebuah bentuk ibadah yang mendekatkan hamba dengan Robbnya. Namun shalat tidak hanya ritual dan sebagai rutinitas ibadah saja, karena di balik gerakan shalat ditemukan hikmah dan manfaat yang sangat besar untuk kesehatan jiwa dan raga manusia khususnya bagi wanita yang sedang hamil.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُون
Artinya: “Wahai hamba hamba yg beriman! Ruku’lah dan sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu, dan berbuatlah kebaikan agar kamu beruntung”. (QS Al-Hajj: 77).
Dalam Qur’an surat Al Hajj ayat 77 tersebut Allah memerintahkan kepada hamba yang  beriman untuk ruku dan sujud agar mendapatkan keberuntungan. Arti falaah (keberuntungan) adalah tercapainya apa yang diharapkan dan selamat dari marabahaya. Ini dapat diraskan khususnya bagi wanita yang sedang hamil, untuk menghindari posisi sungsang (keadaan di mana bayi di dalam kandungan kepala berada di atas, seharusnya posisi yang tepat adalah posisi bayi berada di bawah).
Sejumlah studi medis modern membuktikan bahwa gerak badan dan olah raga seperti shalat banyak memberikan manfaat bagi ibu hamil. Pada saat wanita melaksanakan shalat, dalam gerakan sujud dan ruku’ secara alamiah akan meningkatkan peredaran darah ke rahim. Karena kebutuhan sel-sel rahim dan indung telur seperti sel-sel limpa yang menyedot banyak darah.
Ternyatam saat seorang ibu hamil, rahim membutuhkan darah melimpah agar janin mendapatkan gizi dan untuk membersihkan polusi. Jika seorang ibu hamil menjalankan shalat, aktivitasnya ini akan membantunya mengantarkan darah yang melimpah ke janin.
Berikut ini beberapa manfaat gerakan sujud dalam shalat untuk perempuan:
1. Memudahkan proses persalinan untuk ibu hamil
Bagi Wanita hamil, sujud bermanfaat untuk mempertahankan posisi benar janin dalam Rahim. Bahkan, jika posisi janin sungsang atau melintang, gerakan sujud ini dapat membantu mengubah dan mengembalikan posisi janin secara benar. Dalam dunia medis, posisi sujud sering disebut dengan Knee-Chest position.
Selain itu, saat pinggul dan pinggang terangkat melampaui kepala dan dada, otot-otot perut (rectusabdominis dan obliquus abdominis externuus) berkontraksi penuh. Kondisi ini melatih organ di sekitar perut untuk mengejan lebih dalam dan lama.
Ini menguntungkan wanita karena dalam persalinan dibutuhkan pernapasan yang baik dan kemampuan mengejan yang mencukupi. Bila, otot perut telah berkembang menjadi lebih besar dan kuat, maka secara alami ia justru lebihelastis. Kebiasaan sujud menyebabkan tubuh dapat mengembalikan serta mempertahankan organ-organ perut pada tempatnya kembali (fiksasi).
2. Memperlancar pencernaan dan mengatasi wasir
Saat sujud, kedua lutut dibengkokkan. Hal ini bermanfaat mencegah terjadinya kejang pada kedua lutut. membungkukkan badan ke depan dan meletakkan dahi di atas tanah adalah cara efektif proses pemijatan perut dan alat-alat pencernaan dalam tubuh.
Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai. Posisi seperti ini juga dapat menghindarkan seseorang dari gangguan wasir.
3. Memperindah dada dan memperbaiki fungsi kelenjar air susu
Sujud adalah latihan kekuatan otot tertentu, termasuk otot dada. Saat sujud, beban tubuh bagian atas ditumpukan pada lengan hingga telapak tangan. Saat inilah kontraksi terjadi pada otot dada, hal ini dapat memperbaiki fungsi kelenjar air susu.
wanita hamil4. Menambah kecerdasan
Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan oksigen. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yang memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Artinya, otak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tuma’ninah dan kontinu dapat memicu peningkatan kecerdasan seseorang.
Hal ini teramat penting karena proses persalinan adalah proses di mana seorang calon ibu meregang dalam jihad untuk menerima amanah-Nya. Sakit seorang calon ibu ketika melahirkan memang luar biasa. Namun, kesakitan itu kadang menjadi tidak begitu dirasakan lagi oleh karena rasa bahagia dalam menerima anugerah-Nya yang berupa kelahiran seorang anak.
Alangkah baiknya jika seseorang memperpanjang sujudnya, apalagi pada hari-hari terakhir menjelang persalinan. Sungguh, ini penting sekali agar seseorang semakin dekat dengan Allah Swt. Dzat Yang Menciptakan manusia, Yang Memberikan anugerah dan keselamatan. Inilah saat di mana seseorang diperkenankan meneteskan air mata demi mengharapkan anugerah kebaikan dari-Nya.
Betapa penting melakukan amalan ini, sehingga memperpanjang sujud ini perlu dilakukan tidak hanya bagi istri atau perempuan yang akan melahirkan, tetapi juga bagi suaminya. Pada saat sujud, suami dan istri dapat bersama-sama memohon pertolongan agar diberi kemudahan dalam melahirkan, anaknya normal dan sehat, ibu dan bayinya pun selamat.
Dalam hal menjadikan shalat sebagai cara untuk memohon pertolongan ini, Allah menyebutkan di dalam ayat yang artinya,  “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 153).
Berdasarkan firman Allah sebagaimana tersebut, kita memang diperintahkan memohon pertolongan kepada Allah dengan menjalankan shalat. Dengan demikian, seseorang akan semakin dekat dengan-Nya; seseorang akan mendapatkan pertolongan dari-Nya.
Sungguh, seberat apa pun persoalan bila Allah telah menolong akan menjadi mudah. Termasuk dalam proses persalinan, bila Allah telah memberikan pertolongan, sungguh tak ada lagi yang bisa membuatnya sulit.
Kepasrahan diri dan memohon pertolongan sepenuhnya kepada Allah dengan amaliah shalat yang seperti ini juga bermanfaat dalam membangun mental agar dalam menghadapi proses persalinan tidak cemas, maupun panik. Karena, seseorang telah memasrahkan segalanya kepada Allah, dan ia pun mempunyai keyakinan bahwa Allah pun akan menolongnya.
Oleh karena itu ibu hamil yang mendekati masa persalinan sangat dianjurkan untuk memperpanjang sujudnya. Selain sebagai cara untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, sujud bisa membantu memperlancar jalannya persalinan ibu. (T/P005/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
http://www.mirajnews.com/id/manfaat-sujud-bagi-ibu-hamil/109557

Kamis, 26 November 2015

MENAATI SUAMI KUNCI MASUK SURGA

Tujuan-tujuan terpenting pernikahan adalah agar kita mempunyai keinginan kuat masuk surga dengan cara melaksanakan perintah Allah untuk menjauhkan dari perbuatan zina dan melalui ketaatan kepada suami. Ketahuilah suami adalah surga dan neraka, keharmonisan sebuah rumah tangga dibangun atas dasar cinta kepada Allah dengan menaati suami.
Selain kita harus menaati orang tua juga seorang istri haruslah menaati suaminya, bahwa jalan masuk surga adalah membahagiakannya, menggunakan segala cara untuk mendapatkan kerelaannya, dan melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya dengan merealisasikan ketaatan kepadanya.
Di antara faktor yang akan membantu kita menaati suami dan membahagiakannya ialah selalu mengingat besarnya hak suami kepada istri. Banyak para istri yang meremehkan hak suami dan tidak memberikan perhatian kepadanya. Seakan-akan membahagiakan suami dan menaatinya hanya pelengkap kehidupan rumah tangga, bukan merupakan hal pokok.
Sedikit sekali istri-istri seperti ini yang berhasil membahagiakan suami dan menunaikan haknya dengan sebaik-baiknya. Padahal, itu dapat mengurangi martabat dan terkadang menghalanginya masur surga. Sebagai istri shalihah haruslah pandai membahagiakan suaminya.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
لَوْ كُنْتُ آمِرًا لِأَحَدٍ أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
“Sekiranya aku berhak memerintahkan salah seorang untuk bersujud kepada orang lain, niscaya akan aku perintahkan seseorang istri untuk bersujud kepada suaminya.” (HR. Ahmad, At Tirmidzi).
إِذَا صَلَتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا، دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ
Apabila seorang wanita mengerjakan shalat lima waktunya, mengerjakan puasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia inginkan.” (HR. At Tirmidzi)
Hadits ini menunjukkan pentingnya peran suami dalam kehidupan istri, istri tidak bisa menanggung hidup tanpa suaminya, sehingga ia harus menaati dan merealisasikan kebahagiaan pada dirinya.
Betapa besar hak suami yang telah bertanggungjawab atas istrinya, karena itu, hendaknya siang dan malam anda harus merenungkan bagaimana bisa membahagiakannya dan memperoleh ridhanya pada setiap waktu.
Di antara perkara-perkara yang membuat anda mudah menunaikan hak-hak tersebut ialah adanya harapan mendapatkan pahala yang besar. Tidak ada pahala untuk anda setelah perbuatan menaati suami yang lebih baik dari pada ridha Allah dan kemenangan dengan mendapatkan jannah. Sebab suami adalah pusat ujian dan alat mengetahui kadar keimanan dan kebenaran cinta seorang istri terhadapnya untuk mencari keridhaan Allah dan menaati-Nya.
Suami memiliki beberapa hak atas istri yang sudah seharusnya wanita shalihah mengetahuinya agar ia tidak mengurangi hak-hak yang tidak sesuai dengan hawa nafsunya. Di antara hak-hak tersebut ialah:
Taat dalam kebaikan
Kewajiban seorang istri adalah ta’at kepada suami selama tidak untuk mengajak maksiyat kepada Allah demi menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Bukan karena niat mendapat perlakuan istimewa dari suaminya, bukan karena disebut sebagai menantu teladan, tetapi karena Allah dan Rasulnya memerintahkan kepada kita.
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ
“ … Maka perempuan-perempuan yang shalehah, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka)…” (Qs. An Nisa: 34)
Bagi istri shalihah hendaknya menunaikan hak-haknya yang disukai maupun yang dibenci selama tidak dalam kemaksiatan. Sebab Rosulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh menaati makhluk dalam kemaksiatan kepada Allah.” (HR. Ahmad, Al Hakim, dan dishahihkan  Al-Albani dalam shahih Al Jami’ Ash Shaghir (7520).
Namun tugas suami juga menjaga diri dan keluarganya dari siksa neraka sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارً۬ا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu….” (Qs. At Tahrim: 6)
Jika kita merenungkan betapa besar haknya kepada istri dan betapa besar pahala ketaatan kepadanya, niscaya akan menjadi kebaikan yang akan membantu dalam menaatinya. Ketahuilah, ketaatan terhadap suami merupakan ikatan yang paling kuat antara suami dan istri menjalin keharmonisan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah.
2. Berusaha mendatangkan keridhaan suami ketika marah
Hendaknya bagi seorang istri shalihah menjaga agar suaminya selalu ridha kepadanya agar keberlangsungan kebahagiaan rumah tangga tetap terjaga. Selain itu, sepatutnya pula ia berusaha mendatangkan keridhaan suami tatkala ia marah. Kalau kesalahan itu berasal dari sang istri, hendaknya ia segera meminta maaf kepadanya dan jangan larut dalam bisikan-bisikan setan yang senantiasa berusaha bersungguh-sungguh mengobarkan perselisihan dan perpecahan antara suami istri.
وَقُل لِّعِبَادِى يَقُولُواْ ٱلَّتِى هِىَ أَحۡسَنُ‌ۚ إِنَّ ٱلشَّيۡطَـٰنَ يَنزَغُ بَيۡنَہُمۡ‌ۚ
“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka.” (Qs. Al–Isra: 53)
Senyuman kepada suami, suara lembut dan kepatuhan tanpa membantahnya dengan suara yang lantang tatkala ia marah, akan berpengaruh baik kepada dirinya. Terkadang, sebagian istri merasakan bahwa membantah suami dan mendepatnya dijadikan alas an untuk mengambil haknya ari suami. Tetapi, sesungguhnya hak seorang istri paling besar yang akan diperoleh dengan bersikap sabar kepadanya tatkala ia sedang marah.
Jika permasalahan rumah tangga itu terjadi maka sebagai istri shalihah bisa mengerjakan beberapa perkara-perkara ini:
– Rahasiakan
Jangan sampai ada orang yang tahu apa yang sedang terjadi antara kalian berdua, sekalipun orang yang paling dekat. Sebab, hal itu memang harus ditutupi dan dirahasiakan.
– Intropeksi diri sendiri
Lakukan hal ini sebelum melakukan langkah apapun serta mengikuti hawa naPerlahan-lahan dan bijaksana
Jika suatu ada permasalahan dalam rumah tangga maka jangan tergesa-gesa mengambil keputusan tapi harus mengambil sikap yang bijaksana dalam menghadapinya.
– Adaptasi
Dalam hal ini, seorang istri menuntun diri untuk beradaptasi dengan suami dan memperhatikan perbedaan tabiat serta tata cara berinteraksi. Jangan lari dari tabiat suami. Sebaliknya, istri harus beradaotasi dan selalu berusaha memperhatikan tabiatnya.
– Bermusyawarah dengan orang-orang yang pandai
Kita harus senantiasa meminta nasihat dari orang-orang yang ahli dan berilmu untuk membantu permasalahan yang tengah terjadi.
Demikianlah, kita dapat memahami bahwa Islam telah mengatur hak-hak suami-istri. Jika masing-masing pasangan melaksanakannya dengan cara terbaik tentu kehidupan rumah tangga akan bahagia, namun jika hak tersebut disalahgunakan dan tidak dilaksanakan dengan sebaik-baiknya maka hal itu dapat menggagalkan sebuah ikatan perkawinan. Intinya adalah mengikuti Al-Qur`an dan hadits dalam menjalankan bahtera pernikahan sehingga tercipta keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. (T/P005/R02)
Sumber: Buku, “Menjadi Istri Penuh Pesona” karya Imad Al-Hakim
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Beberapa Kumpulan Do’a Dari Al Qur’an



Alhamdulillah sore tadi ba’da ashar kawasan Tubagus Ismail, Bandung diguyur hujan. Membuat sore hari di kota Bandung menjadi cukup dingin. Saya sedang berada di ruang kerja sembari menikmati secangkir kopi hangat untuk menemani saya mengerjakan pekerjaan kantor. Di sebelah saya ada rekan kerja yang juga sedang mengerjakan pekerjaan kantornya. Tak terasa sudah pukul 16.30 wib, itu artinya 30 menit lagi kami akan pulang kantor. Alhamdulillah pekerjaan kami pun sudah selesai saat itu juga. Jadi kami punya waktu kosong selama setengah jam. Sambil menunggu waktu pulang kantor, rekan kerja saya mengajak diskusi. Kami pun mulai berdiskusi, ia mencoba me-refresh materi majelis taklim yang pernah kami hadiri beberapa waktu lalu. Materi majelis taklim kala itu tentang “Bersihnya Hati, Kunci Menggapai Petunjuk Allah”. Lalu rekan kerja saya bercerita akhir – akhir ini ia seperti sedang mendapat petunjuk dari Allah. Allah seperti memberikan sign kepada dirinya akan suatu hal. Namun ia masih kurang yakin, apakah itu benar petunjuk dari Allah. Nah untuk lebih meyakinkan, ia pun teringat nasihat dari pemateri majelis taklim saat itu. Nasihatnya (kurang lebih), “Sebenarnya Allah senantiasa memberikan petunjuk kepada hamba-Nya. Namun kondisi hati yang berbeda – beda, ada yang kotor ada yang bersih, membuat kita (hamba-Nya) kadang tidak mampu melihat petunjuk tersebut. Sehingga agar hati senantiasa bersih, maka kuncinya adalah membersihkannya dengan ibadah.”
Rekan kerja saya kemudian mengatakan ibadah yang paling tepat untuk membersihkan hati adalah sholat malam dan sholat dhuha. Karena menurutnya ibadah tersebut berat untuk dilakukan, tapi jika bisa mengerjakannya maka ada kepuasan batin dan ketenangan hati setelahnya. Saya pun mengiyakan pendapat rekan saya. Terlepas dari ibadah – ibadah yang lain sebenarnya juga sarana untuk membersihkan hati kita. Saya pun mencoba mendukung pernyataannya dengan mengatakan bahwa disaat malam dan dhuha banyak manusia dalam kondisi lalai. Ketika malam hari sebagian besar tertidur lelap dan ketika dhuha mayoritas sedang disibukkan untuk mencari rezeki. Kami pun bersepakat bahwa sholat malam dan sholat dhuha memiliki keistimewaan yang luar biasa jika kita mampu melakukannya. Salah satunya adalah untuk membersihkan hati kita agar mampu melihat petunjuk, hidayah, dan tanda – tanda dari Allah. Untuk itulah kami ber-azzam untuk sekuat tenaga menjadikan ibadah sunnah tersebut hobi kami.
Diskusi kami tidak berhenti sampai situ saja. Kemudian kami teringat materi majelis taklim lainnya, yaitu “Dahsyatnya Kekuatan Do’a”. Pastilah kita semua sebagai seorang muslim sudah tau bahwa do’a adalah senjata terakhir seorang mukmin namun bisa mematikan. Artinya dengan do’a segala sesuatunya bisa terjadi atas kehendak Allah. Lalu iseng – iseng kami mencari ayat – ayat Al Qur’an yang berisi do’a. Dan ternyata banyak sekali. Nah ditulisan kali ini saya akan coba mengumpulkan beberapa do’a dari Al Qur’an. Artinya sangat bagus dan indah, bahkan lebih bernilai dari sekedar karya sastra. Tapi saya hanya akan menulis dengan kata – kata biasa beserta artinya. Saya harap sahabat membaca tulisan arabnya dari Al Qur’an. Semoga kumpulan do’a ini bermanfaat dan sahabat baca kapan pun, terutama ketika saat – saat mustajab do’a dikabulkan. Seperti setelah sholat, ketika sujud, waktu hujan turun, dan lain – lain. Selamat berdo’a :)
DOA KESELAMATAN (QS AL  BAQARAH : 286)
“RABBANA LA TU-AKHIDZNA IN NASINA AU AKHTHA’NA RABBANA WALA TAHMIL ‘ALAINA ISHRAN KAMA HAMALTAHU ‘ALALLADZINA MIN QABLINA, RABBANA WALA TUHAMMILNA MA LA THAQATA LANA BIH, WA’FU ‘ANNA WAGHFIRLANA WARHAMNA ANTA MAULANA FANSHURNA ‘ALAL QAUMIL KAFIRIN.”
“YA TUHAN KAMI, JANGANLAH ENGKAU HUKUM KAMI JIKA KAMI LUPA ATAU KAMI TERSALAH. YA TUHAN KAMI, JANGANLAH ENGKAU BEBANKAN KEPADA KAMI BEBAN YANG BERAT SEBAGAIMANA ENGKAU BEBANKAN KEPADA ORANG-ORANG SEBELUM KAMI. YA TUHAN KAMI, JANGANLAH ENGKAU PIKULKAN KEPADA KAMI APA YANG TAK SANGGUP KAMI MEMIKULNYA. BERI MA’AFLAH KAMI; AMPUNILAH KAMI; DAN RAHMATILAH KAMI. ENGKAULAH PENOLONG KAMI, MAKA TOLONGLAH KAMI TERHADAP KAUM YANG KAFIR.”
=============================
DOA KETABAHAN (AL BAQARAH : 250)
“RABBANA AFRIG ‘ALAINA SHABRAW WA SABBIT AQDAAMANA WANSHURNA ‘ALAL-QAUMIL-KAFIRIIN”
“YA TUHAN KAMI, TUANGKANLAH KESABARAN ATAS DIRI KAMI, DAN KOKOHKANLAH PENDIRIAN KAMI DAN TOLONGLAH KAMI TERHADAP ORANG-ORANG KAFIR.”
DOA MENGHINDARI KESESATAN (QS ALI IMRAN : 8)
“RABBANA LA TUZIGH QULUBANA BA’DA IZ HADAITANA WAHAB LANA MIL LADUNKA RAHMAH, INNAKA ANTAL WAHAB.”
“YA TUHAN KAMI, JANGANLAH ENGKAU JADIKAN HATI KAMI CONDONG KEPADA KESESATAN SESUDAH ENGKAU BERI PETUNJUK KEPADA KAMI, DAN KARUNIAKANLAH KEPADA KAMI RAHMAT DARI SISI ENGKAU; KARENA SESUNGGUHNYA ENGKAU-LAH MAHA PEMBERI (KARUNIA)”.
=============================
DIBERI KEMUDAHAN (QS AL KAHFI : 10)
“RABBANA ATINA MIL LADUNKA RAHMATAW, WA HAYYI’ LANA MIN AMRINA RASYADA.”
“WAHAI TUHAN KAMI, BERIKANLAH RAHMAT KEPADA KAMI DARI SISI-MU DAN SEMPURNAKANLAH BAGI KAMI PETUNJUK YANG LURUS DALAM URUSAN KAMI (INI).”
=============================
DOA KEKUATAN IMAN (QS ALI IMRAN : 16)
“RABBANA INNANA AMANNA FAGFIR LANA ZUNUBANA WA QINA ‘AZABAN-NAR.”
“YA TUHAN KAMI, SESUNGGUHNYA KAMI TELAH BERIMAN, MAKA AMPUNILAH SEGALA DOSA KAMI DAN PELIHARALAH KAMI DARI SIKSA NERAKA”
=============================
DOA KEKUATAN IMAN (QS ALI IMRAN : 53)
“RABBANA AMANNA BIMA ANZALTA WATTABA’NAR RASULA FAKTUBNA MA’ASY-SYAHIDIN.”
“YA TUHAN KAMI, KAMI TELAH BERIMAN KEPADA APA YANG TELAH ENGKAU TURUNKAN DAN TELAH KAMI IKUTI RASUL, KARENA ITU MASUKANLAH KAMI KE DALAM GOLONGAN ORANG-ORANG YANG MENJADI SAKSI (TENTANG KEESAAN ALLAH)”
=============================
DOA KESEMPURNAAN CAHAYA IMAN (QS AT TAHRIM : 8)
“RABBANA ATMIN LANA NURANA WAGFIR LANA INNAKA ‘ALA KULLI SYAI’IN QADIR.”
“YA RABB KAMI, SEMPURNAKANLAH BAGI KAMI CAHAYA KAMI DAN AMPUNILAH KAMI; SESUNGGUHNYA ENGKAU MAHA KUASA ATAS SEGALA SESUATU”
=============================
DOA KEKUATAN IMAN (QS ALI IMRAN : 147)
“RABBANAGHFIR LANA ZHUNUBANA WA ISRAFANA FI AMRINA WA SABBIT AQDAMANA WANSURNA ‘ALAL QAUMIL KAFIRIN.”
“YA TUHAN KAMI, AMPUNILAH DOSA-DOSA KAMI DAN TINDAKAN-TINDAKAN KAMI YANG BERLEBIH-LEBIHAN DALAM URUSAN KAMI DAN TETAPKANLAH PENDIRIAN KAMI, DAN TOLONGLAH KAMI TERHADAP KAUM YANG KAFIR”.
=============================
DOA HUSNUL KHATIMAH (QS ALI IMRAN : 193-194)
“RABBANA INNANA SAMI’NA MUNADIYAY YUNADI LIL IMANI AN AMINU BIRABBIKUM FA-AMANNA. RABBANA FAGHFIRLANA ZUNUBANA WA KAFFIR ‘ANNA SAYYI’ATINA WATAFFANA MA’AL ABRAR. RABBANA WA ATINA MA WA’ATTANA ‘ALA RASULIKA WA LA TUKHZINA YAUMAL-QIYAMAH, INNAKA LA TUKHLIFUL MI’AD.”
“YA TUHAN KAMI, SESUNGGUHNYA KAMI MENDENGAR (SERUAN) YANG MENYERU KEPADA IMAN, “BERIMANLAH KAMU KEPADA TUHANMU”, MAKA KAMIPUN 


BERIMAN. YA TUHAN KAMI, AMPUNILAH BAGI KAMI DOSA-DOSA KAMI DAN HAPUSKANLAH DARI KAMI KESALAHAN-KESALAHAN KAMI, DAN WAFATKANLAH KAMI BESERTA ORANG-ORANG YANG BANYAK BERBAKTI. YA TUHAN KAMI, BERILAH KAMI APA YANG TELAH ENGKAU JANJIKAN KEPADA KAMI DENGAN PERANTARAAN RASUL-RASUL ENGKAU. DAN JANGANLAH ENGKAU HINAKAN KAMI DI HARI KIAMAT. SESUNGGUHNYA ENGKAU TIDAK MENYALAHI JANJI.”
=============================
DOA PENYESALAN (QS AL A’RAF : 23)
“RABBANA ZALAMNA ANFUSANA WA ILLAM TAGFIRLANA WA TARHAMNA LANAKUNANNA MINAL KHASIRIN.”
“YA TUHAN, KAMI TELAH MENGANIAYA DIRI KAMI SENDIRI, DAN JIKA ENGKAU TIDAK MENGAMPUNI KAMI DAN MEMBERI RAHMAT KEPADA KAMI, NISCAYA PASTILAH KAMI TERMASUK ORANG-ORANG YANG MERUGI”
=============================
Itulah beberapa kumpulan doa yang ada di dalam Al Qur’an. Silahkan untuk diamalkan dan disampaikan kepada saudara, teman, dan kerabat kita lainnya. Saran saya, coba anda buka Al Qur’an dan cari doa – doa diatas langsung dari Al Qur’an. Maksud saya lebih afdhol jika kita membacanya dan menghafalkan dari Al Qur’an yang menggunakan bahasa arab. Sedangkan tulisan saya diatas menggunakan bahasa latin, karena laptop saya tidak dilengkapi keyboard arabic. Mohon maaf. Wallahu a’lam bishowab. Jazakumullahu khoiron katsiron

Kamis, 12 November 2015

Distributor Pakaian Muslim Gamis Syar’i


Hasil gambar untuk pakaian muslimahPakaian gamis adalah satu diantara icon baju muslimah. Dari masa dulu sampai saat ini gamis demikian familiar di kelompok wanita muslimah. Yang tidak sama hanya jenis-modelnya. Bila pada masa dulu pakaian gamis condong lebih simpel serta sedikit melibatkan inovasi serta variasi, waktu ini pakaian gamis telah tambah lebih moderen gamis syar’i dengan bermacam variasi baik dari sisi jenis ataupun penentuan bahan serta aksesorisnya.

Senin, 01 Juni 2015

RIDHO ILLAHI

ridho
Kesiapan diri sangatlah penting dalam rangka menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi di dalam kehidupan ini. Sedangkan terhadap yang telah terjadi, maka sikap yang harus kita miliki adalah ridho. Ridho terhadap apa yang akhirnya terjadi atau ridho pada hasil yang akhirnya kita terima setelah usaha yang kita lakukan.

Ridho itu adalah keterampilan mental untuk realistis menerima kenyataan. Hati menerima kenyataan, dibarengi otak dan anggota tubuh yang berikhtiar terus untuk mencapai keadaan yang lebih baik lagi.

Mengapa kita harus ridho? Karena jika kita tidak ridho pun, kejadian atau hasil itu tetap terjadi. Contoh sederhananya adalah apabila kita sedang berjalan di tengah lapangan golf, kemudian ada satu bola golf yang terlempar dan mengenai jempol kaki kita. Jika peristiwa ini terjadi pada diri kita, maka bersikaplah ridho. Karena tak ada untungnya juga bersikap tidak ridho, toh bola itu telah mengenai jempol kaki kita. Biarlah rasa sakit sejenak. Janganlah rasa sakit itu membuat kita bersikap menggerutu, mengutuk atau sikap apapun yang tidak baik.

Dalam keadaan seperti di atas itu, justru terdapat celah kesempatan kita untuk beribadah. Yaitu ketika kita bisa memaknai jatuhnya bola golf tersebut sebagai teguran dari Allah Swt. agar kita tetap ingat pada-Nya. Sehingga ucapan yang terlontar pun adalah dzikir.

Rasulullah Saw. bersabda, “Akan merasakan kelezatan/kemanisan iman, orang yang ridho kepada Allah  sebagai Rabb-nya dan Islam sebagai agamanya serta (nabi) Muhammad sebagai rasulnya.” (HR. Muslim)

Sebagaimana isi hadits di atas, bersikap ridho akan memberi nuansa tersendiri di dalam batin kita. Karena sebenarnya penderitaan kita saat menggerutu dan mengutuk itu bukan karena peristiwa jatuhnya bola pada jempol kaki kita. Melainkan karena kita tidak mau menerima kenyataan itu. Sehingga akhirnya kita pun merasakan penderitaan.

Contoh lainnya yang banyak terjadi di tengah-tengah kita adalah sikap mengejek atau mencibir keadaan diri sendiri. Ada orang yang mencibir fisiknya sendiri hanya karena hidungnya yang pesek, atau kulitnya yang hitam, atau posturnya yang pendek. Atau ada juga orang yang mencibir dirinya sendiri hanya karena terlahir dari keluarga yang tidak kaya raya.

Orang seperti di atas akan merasakan penderitaan. Penderitaan mereka bukan disebabkan oleh kenyataan yang terjadi, akan tetapi karena ketidakterampilannya dalam menerima kenyataan. Maka, tidak heran bila kita banyak menyaksikan orang-orang yang mengalami stres karena tidak terampil menerima kenyataan yang terjadi pada diri mereka, baik itu berkenaan dengan fisik penampilan, keuangan, karir, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, apapun kenyataan yang kita hadapi, terimalah dan jangan berkeluh kesah, apalagi mengutuk atau menggerutu. Sikap ridho akan menghindarkan kita dari rasa menderita. Kenyataan yang berbeda dengan harapan akan jadi terasa ringan dan kita pun akan lebih bisa mengkondisikan diri untuk berbahagia.

Sungguh tidak ada satu kejadian pun yang tanpa maksud atau tujuan. Termasuk jika kejadian itu adalah sebuah musibah. Suatu kerugian besar apabila musibah yang datang disikapi dengan sikap negatif, tidak menerima, menggerutu, atau sikap sejenisnya. Karena musibah adalah ujian yang justru akan semakin memperkokoh kekuatan diri seseorang. Bahkan jika dihadapi dengan ridho, musibah bisa menjadi jalan menuju surga. Sebagaimana firman Allah Swt,


 “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, Bilakah datangnya nashrullah (pertolongan Allah). Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah [2]: 214).

Bersikap ridho itu seperti bila kita menanak nasi, tanpa disadari air yang kita tuangkan terlalu banyak sehingga beras itu malah jadi bubur. Dalam keadaan ini, sikap yang kita lakukan bukanlah menggerutu dan menyalahkan diri apalagi memarahi orang lain. Namun, bersikaplah ridho dengan misalnya mencari daun seledri, kacang kedelai dan suwiran daging ayam. Ditambahi kecap dan krupuk sehingga bubur itu menjadi bubur ayam dengan citarasa spesial.

Rasulullah Saw. bersabda, Barangsiapa yang ridho (kepada ketentuan Allah) maka Allah akan ridho kepadanya.. (HR. Tirmidzi).

Manhaj (Semua Bid'ah Adalah Kesesatan)

semua bid'ah sesat"Semua bid'ah adalah kesesatan", demikianlah kaidah yang merupakan wahyu dari Allah yang telah dilafalkan oleh Rasulullah –shallallahu 'alaihi wa sallam-.

Sebagaimana telah diriwayatkan oleh sahabat Jabir bin Abdillah radhiallahu 'anhu,

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا خَطَبَ احْمَرَّتْ عَيْنَاهُ وَعَلاَ صَوْتُهُ وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ حَتَّى كَأَنَّهُ مُنْذِرُ جَيْشٍ يَقُولُ « صَبَّحَكُمْ وَمَسَّاكُمْ ». وَيَقُولُ « بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةَ كَهَاتَيْنِ ». وَيَقْرُنُ بَيْنَ إِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى وَيَقُولُ « أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ »

Dari Jabir bin Abdillah berkata : Jika Rasulullah berkhutbah maka merahlah kedua mata beliau dan suara beliau tinggi serta keras kemarahan (emosi) beliau, seakan-akan beliau sedang memperingatkan pasukan perang seraya berkata "Waspadalah terhadap musuh yang akan menyerang kalian di pagi hari, waspadalah kalian terhadap musuh yang akan menyerang kalian di sore hari !!". Beliau berkata, "Aku telah diutus dan antara aku dan hari kiamat seperti dua jari jemari ini –Nabi menggandengkan antara dua jari beliau yaitu jari telunjuk dan jari tengah-, dan beliau berkata : "Kemudian daripada itu, sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Al-Qur'an dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, dan seburuk-buruk perkara adalah perkara-perkara yang baru dan semua bid'ah adalah kesesatan"
(HR Muslim no 2042)


Dalam riwayat An-Nasaai ada tambahan

وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ ، وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

"Dan semua perkara yang baru adalah bid'ah dan seluruh bid'ah adalah kesesatan dan seluruh kesesatan di neraka"
(HR An-Nasaai no 1578)

Kaidah ini juga merupakan penggalan dari wasiat Nabi yang telah mengalirkan air mata para sahabat radhiallahu 'anhum, sebagaimana diriwayatkan oleh sahabat 'Irbaadh bin Sariyah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata :

«فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ»

"Sesungguhnya barangsiapa yang hidup setelahku maka dia akan melihat banyak perselisihan, maka wajib bagi kalian untuk mengikuti sunnahku dan sunnah para khulafaaur rosyidin yang mendapat petunjuk setelahku, berpegang teguhlah dengan sunnah-sunnah tersebut, dan gigitlah ia dengan geraham kalian. Dan hati-hatilah kalian terhadap perkara-perkara baru, karena semua perkara baru adalah bid'ah dan semua bid'ah adalah kesesatan"
(HR Abu Dawud no 4069)

Selain dua hadits di atas ada hadits lain yang juga mendukung bahwa semua bid'ah adalah kesesatan, yaitu sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :

إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً ثُمَّ فَتْرَةً، فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى بِدْعَةٍ فَقَدْ ضَلَّ، وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى سُنَّةٍ فَقَدْ اهْتَدَى "

"Sesungguhnya bagi setiap amalan ada semangat dan ada futur (tidak semangat), maka barangsiapa yang futurnya ke bid'ah maka dia telah sesat, dan barangsiapa yang futurnya ke sunnah maka dia telah mendapatkan petunjuk" (HR Ahmad 38/457 no 23474 dengan sanad yang shahih)

Dalam hadits ini jelas Nabi menjadikan sunnah sebagai lawan bid'ah dan mengandengkan bid'ah dengan kesesatan.

Demikian juga sebuah atsar dari Mu'adz bin Jabal radhiallahu 'anhu dimana beliau pernah berkata:

فَيُوشِكُ قَائِلٌ أَنْ يَقُولَ مَا لِلنَّاسِ لاَ يَتَّبِعُونِى وَقَدْ قَرَأْتُ الْقُرْآنَ مَا هُمْ بِمُتَّبِعِىَّ حَتَّى أَبْتَدِعَ لَهُمْ غَيْرَهُ فَإِيَّاكُمْ وَمَا ابْتُدِعَ فَإِنَّ مَا ابْتُدِعَ ضَلاَلَةٌ

"Hampir saja ada seseorang yang berkata : Kenapa orang-orang tidak mengikuti aku, padahal aku telah membaca Al-Qur'an, mereka tidaklah mengikutiku hingga aku membuat bid’ah  untuk mereka. Maka waspadalah kalian terhadap bid’ah karena setiap bid’ah adalah kesesatan.”
(Riwayat Abu Dawud no 4613, Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubro 10/210 no 21444, Abdurrozaq dalam mushonnafnya 11/363 no 20750 dengan sanad yang shahih)

Dalam atsar ini Mu'adz bin Jabal mensifati bid'ah dengan dolalah (kesesatan).

Hadits dan atasar ini semakin menguatkan kaidah umum yang telah dilafalkan oleh Nabi "Semua bid'ah adalah kesesatan".

Ibnu Rojab Al-Hanbali berkata,

فقوله - صلى الله عليه وسلم - : «كلُّ بدعة ضلالة» من جوامع الكلم لا يخرج عنه شيءٌ ، وهو أصلٌ عظيمٌ من أصول الدِّين ... فكلُّ من أحدث شيئاً ، ونسبه إلى الدِّين ، ولم يكن له أصلٌ من الدِّين يرجع إليه ، فهو ضلالةٌ ، والدِّينُ بريءٌ منه ، وسواءٌ في ذلك مسائلُ الاعتقادات ، أو الأعمال ، أو الأقوال الظاهرة والباطنة

"Maka sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam "Semua bid'ah adalah kesesatan" termasuk dari jawaami'ul kalim (kalimat yang singkat namun mengandung makna yang luas-pen), tidak ada satupun yang keluar darinya (yaitu dari keumumannya-pen), dan ia merupakan pokok yang agung dari ushuul Ad-Diin... maka setiap orang yang mengadakan perkara yang baru dan menyandarkannya kepada agama padahal tidak ada pokok agama yang dijadikan sandaran maka ia adalah sesat, dan agama berlepas darinya. Dan sama saja apakah dalam permasalahan keyakinan atau amal ibadah baik yang dzohir maupun yang batin"
(Jaami'ul uluum wal hikam hal 252)

Ibnu Hajar Al-Haitami berkata,

أَنَّ الْبِدْعَةَ الشَّرْعِيَّةَ لاَ تَكُوْنُ إِلاَّ ضَلاَلَةً بِخِلاَفِ اللُّغَوِيَّةِ

"Bahwasanya bid'ah syar’iyah pasti sesat berbeda dengan bid'ah secara bahasa" (Al-Fataawa Al-Hadiitsiyah hal 206)

Banyak hal yang menunjukan keumuman kaidah Nabi ini "Semua bid'ah adalah sesat", diantaranya :

Pertama : Semua dalil yang menunjukan tercelanya bid'ah datang dalam bentuk mutlak dengan tanpa pengecualian sama sekali. Tidak ada satu dalilpun dalam syari'at yang menyatakan : "Semua bid'ah adalah sesat kecuali ini dan itu". Jika ternyata tidak ada dalil sama sekali yang mengecualikan maka kita harus kembali kepada keumuman "Semua bid'ah adalah sesat" tanpa ada pengecualian.

Kedua : Kaidah umum yang disebutkan oleh Nabi ini –yaitu "Semua bid'ah adalah sesat"- selalu diucapkan dan disampaikan oleh Nabi tatkala khutbah sebagaimana dijelaskan oleh sahabat Jarir bin Abdillah di atas. Hal ini menunjukan Nabi sering menyampaikan kaidah ini kepada para sahabat, akan tetapi tidak ada satu dalilpun yang mengecualikan keumuman kaidah Nabi ini. Dan dalam suatu kaidah jika ada suatu kaidah yang kulliah (umum) atau suatu dalil syar'i (yang lafalnya menunjukan keumuman) jika terulang-ulang di tempat yang banyak tanpa sama sekali ada pentaqyidan atau pengkhususan maka hal ini menunjukan akan berlakunya keumuman dalil tersebut. Dan dalil-dalil yang berkaitan tentang pencelaan bid'ah keadaannya seperti ini dimana datang dalam jumlah yang banyak di tempat yang berbeda-beda, pada waktu yang berbeda-beda, namun tidak ada satu dalilpun yang menunjukan adanya pengkhususan atan pentaqyidan

Ketiga :  Kalau ada dalil yang menunjukan adanya pengecualian bid'ah yang baik maka dalil tersebut harus dari Al-Qur'an atau dari hadits Nabi, atau ijmak para ulama. Adapun perkataan sebagian ulama maka itu bukanlah dalil yang mengkhususkan dan mengecualikan keumuman kaidah Nabi "Semua bid'ah adalah sesat". Jika para ulama tidak memandang ijmaknya para ahli Madinah di zaman Imam Malik sebagai hujjah, dan hujjah adalah sunnah Nabi, apalagi hanya pendapat sebagian dan segelintir ulama. Apalagi ternyata ada ulama lain yang menyelisihi mereka.

Keempat : Kalau ada dalil yang mengkhususkan keumuman kaidah Nabi ini sehingga ada satu atau dua bid'ah yang dikecualikan maka keumuman kaidah ini tetap berlaku pada seluruh bid'ah yang lain, kecuali pada dua bid'ah yang telah terkecualikan tadi. Akan tetapi kenyataannya tidak ada dalil sama sekali yang mengecualikan

Kelima : Ijma' para sahabat dan para tabi'in akan pencelaan bid'ah secara umum tanpa ada pengkhususan, hal ini diketahui dengan menelusuri atsar-atsar mereka (diantaranya silahkan lihat atsar-atsar para sahabat dalam kitab Al-Baa'its 'alaa inkaaril bida' wal hawaadits karya Abu Syaamah As-Syafi'i). Tidaklah kita dapati perkataan mereka atau sikap mereka terhadap bid'ah kecuali dalam rangka mencela. Adapun perkataan Umar ((sebaik-baik bid'ah adalah ini)) tidak menunjukan penyelisihannya terhadap para sahabat yang lain, karena Umar tidak bermaksud dengan perkataannya tersebut kecuali bid'ah menurut bahasa karena sholat tarawih merupakan sunnah Nabi shallalahu 'alaihi wa sallam.

Keenam : sesuatu bid'ah dinilai baik merupakan hal yang relatif. Bukankah setiap bid'ah dinilai baik oleh peakunya, namun dinilai buruk oleh orang lain??. Oleh karena perkaranya relatif maka tidak bisa dijadikan patokan dalam membentuk suatu ibadah baru.

Sebagai contoh bid'ah maulid Nabi, sebagaian orang merasa hal itu merupakan sesuatu yang baik karena bisa menumbuhkan dan memupuk kecintaan kepada Nabi. Akan tetapi sebagian orang menganggap perayaan maulid Nabi merupakan perkara yang buruk karena mengandung beberapa mafsadah diantaranya :

-         Tanggal kelahiran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam masih diperselisihkan, akan tetapi hampir merupakan kesepakatan para ulama bahwasanya Nabi meninggal pada tanggal 12 Rabi'ul awwal. Oleh karenanya pada hekekatnya perayaan dan bersenang-senang pada tanggal 12 Rabi'ul Awwal merupakan perayaan dan bersenang-senang dengan kematian Nabi

-         Acara perayaan kelahiran Nabi pada hakekatnya tasyabbuh (meniru-niru) perayaan hari kelahiran Nabi Isa yang dilakukan oleh kaum Nashrani. Padahal Nabi bersabda مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ "Barangsiapa yang meniru-niru suatu kaum maka ia termasuk kaum tersebut"

-         Kelaziman dari diperbolehkannya merayakan hari kelahiran Nabi adalah diperbolehkan pula merayakan hari kelahiran Nabi-Nabi yang lain, diantaranya merayakan hari kelahiran Nabi Isa. Jika perkaranya demikian maka sangat dianjurkan bahkan disunnahkan bagi kaum muslimin untuk turut merayakan hari natal bersama kaum Nashrani

-         Bukankah dalam perayaan maulid Nabi terkadang terdapat kemungkaran, seperti ikhtilat antara para wanita dan lelaki?, bahkan di sebagian Negara dilaksanakan acara joget dengan menggunakan music?, bahkan juga dalam sebagaian acara maulid ada nilai khurofatnya dimana sebagian orang meyakini bahwa Nabi ikut hadir dalam acara tersebut, sehingga ada acara berdiri menyambut kedatangan Nabi. Bahkan dalam sebagian acara maulid dilantunkan syai'ir-sya'ir pujian kepada Nabi yang terkadang berlebih-lebihan dan mengandung unsur kesyirikan

-         Acara perayaan maulid Nabi ini dijadikan sarana oleh para pelaku maksiat untuk menunjukan kecintaan mereka kepada Nabi. Sehingga tidak jarang acara perayaan maulid Nabi didukung oleh para artis –yang suka membuka aurot mereka-, dan juga dihadiri oleh para pelaku maksiat. Karena mereka menemukan sarana untuk menunjukan rasa cinta mereka kepada Nabi yang sesuai dengan selera mereka. Akhirnya sunnah-sunnah Nabi yang asli yang prakteknya merupakan bukti kecintaan yang hakiki kepada Nabipun ditinggalkan oleh mereka. Jika diadakan perayaan maulid Nabi di malam hari maka pada pagi harinya tatkala sholat subuh maka mesjidpun sepi. Hal ini mirip dengan perayaan isroo mi'rooj yang dilakukan dalam rangka mengingat kembali hikmah dari isroo mi'rooj Nabi adalah untuk menerima perintah sholat lima waktu. Akan tetapi kenyataannya betapa banyak orang yang melaksanakan perayaan isroo' mi'rooj yang tidak mengagungkan sholat lima waktu, bahkan tidak sholat sama sekali. Demikian juga perayaan nuzuulul qur'an adalah untuk memperingati hari turunnya Al-Qur'aan akan tetapi kenyataannya betapa banyak orang yang semangat melakukan acara nuzulul qur'an ternyata tidak perhatian dengan Al-Qur'an, tidak berusaha menghapal Al-Qur'an, bahkan yang dihapalkan adalah lagu-lagu dan musik-musik yang merupakan seruling syaitan

-         Kelaziman dari dibolehkannya perayaan maulid Nabi maka berarti dibolehkan juga perayaan-perayaan yang lain seperti perayaan isroo' mi'rooj, perayaan nuzuulul qur'aan dan yang lainnya. Dan hal ini tentu akan membuka peluang untuk merayakan acara-acara yang lain, seperti perayaan hari perang badr, acara memperingati hari perang Uhud, perang Khondaq, acara memperingati Hijrohnya Nabi, acara memperingati hari Fathu Mekah, acara memperingati hari dibangunnya mesjid Quba, dan acara-acara peringatan yang lainnya. Hal ini tentu akan sangat menyibukan kaum muslimin.

Dari sini sangatlah jelas bahwasanya baiknya suatu bid'ah merupakan hal yang sangat relatif.

Ketujuh : Jika ada yang berkata, "Saya ingin melakukan sesuatu manuver baru yang akan mendatangkan banyak kebaikan dan akan menghilangkan perselisihan diantara kaum muslimin dan mengkokohkan barisan mereka. Karena kenyataannya sekarang kaum muslimin bercerai berai. Manuver baru tersebut adalah : Tidaklah kita beribadah dan berkeyakinan kecuali dengan ibadah dan keyakinan yang diyakini oleh para salafus sholeh. Jika seluruh sekte dalam Islam mengikuti manuver ini maka tentunya akan mempersatukan umat Islam".

Tanpa diragukan lagi bahwa manuver ini bukanlah bid'ah, bahkan banyak dalil dari syari'at yang mendukung akan hal ini. Akan tetapi taruhlah hal ini merupakan bid'ah, toh ternyata terlalu banyak sekte Islam yang tidak setuju dengan manuver ini, padahal hal ini merupakan hal yang sangat baik. Bahkan hampir seluruh sekte memerangi manuver ini, karena kelaziman dari manuver ini maka seluruh cara ibadah dan keyakinan yang dimiliki sekte-sekte tersebut yang tidak terdapat di zaman salaf maka harus ditinggalkan.

Kedelapan : Bukankah sunnah-sunnah dan ibadah-ibadah yang jelas-jelas datang dari Nabi sangatlah banyak?? Dan bukankah salah seorang dari kita tidak akan mampu untuk melaksanakan seluruh ibadah-ibadah tersebut?. Sebagai contoh, cobalah salah seorang dari kita membaca kitab Riyaadus Sholihiin, lalu berusaha menerapkan ibadah dan adab-adab yang telah dijelaskan dalam kitab tersebut yang notabene benar-benar datang dan dicontohkan oleh Nabi. Tentunya dia tidak akan mampu untuk melakukannya. Jika perkaranya demikian, lantas mengapa kita harus bersusah payah untuk memunculkan model-model ibadah yang baru yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi dan para sahabatnya??!!



(Lihat kitab Al-Baa'its 'alaa inkaaril bida' wal hawaadits, karya Abu Syaamah As-Syafi'i, Haqiqotul Bid'ah wa Ahkaamuhaa hal 1/282-285, Majmu' fatawa Ibnu Taimiyyah 10/370-371, dan Iqtidho shirootil Mustaqiim karya Ibnu Taimiyyah 1/270, Luma' fi Ar-Rod 'alaa muhassinil bida')


Madinah, 21 Dzul Hijjah 1431 / 27 November 2010
Abu ‘Abdilmuhsin Firanda Andirja
Artikel: www.firanda.com

ustadz, bagaimana dengan bid'ah yang di buat ummar radiyallahu 'anhu? blm ada jawaban
Pertanyaan :
Afwan akh, bid'ah yang mana yang antum maksud?
Jika yg dimaksud adalah perkataan Umar, " نعمت البدعة هذه " "sebaik-baik bid'ah adalah ini" maka kata bid'ah yang dimaksudkan oleh 'Umar adalah bid'ah secara bahasa yaitu sesuatu yang baru. Karena Umar mengatakan hal tersebut ketika melihat manusia mengerjakan sholat tarawih secara berkelompok-kel ompok, dalam satu masjid ada orang yang shalat tarawih sendiri ada juga yang berjamaah dengan beberapa orang dan yang lain juga demikian berjamaah dengan beberapa orang. Melihat fenomena ini Umar memandang bahwa lebih baik untuk menyatukan mereka agar sholat berjamaah dengan satu imam. Maka Umarpun menyatukan mereka untuk bermakmum kepada Ubay bin Ka'ab. Kemudian pada malam hari yang lain Umar keluar dan orang-orang pun shalat berjamaah dengan imamnya maka Umar berkata, "sebaik-baik bid'ah adalah ini".
Atsar tersebut bisa antum lihat di kitab Muaththo Imam Malik Bab Ma Ja-a fi Qiyam Ramadhon.
Yang dilakukan Umar ini adalah menghidupkan sunnah Nabi yang telah ditinggalkan bukan membuat bid'ah dalam agama karena shalat tarawih berjamah mempunyai dasar hukum dan merupakan sunnah Nabi, Beliau pernah melaksanakannya 2 atau tiga kali namun beliau tidak melukannya lagi karena khawatir akan diwajibkannya hal tersebut terhadap umatnya. Akan tetapi setelah Beliau meninggal maka kekhawatiran ini tidak ada lagi karena syariat telah tetap dan tidak mungkin berubah maka umar menghidupkan kembali sunnah ini. Apakah mungkin suatu ibadah yang pernah dilakukan Nabi dikatakan sebagai sesuatu bid'ah dalam agama? Tentu kita semua sepakat mengatakan "tidak". Oleh sebab itulah perkataan Umar di atas yang dimaksud adalah bid'ah secara bahasa.? blm ada jawaban.
Bantu negerimu jangan omong Bid ah melulu semua orang tahu bi ah syariaat adalah sesat, pikirkan saudaramu yg bdirundung bencana mas.?
Jawaban:
syukron atas masukan akh pandu nusantara, saya rasa akh atau pak pandu mungkin pengunjung baru web ini, coba akh pandu melihat kolom daftar isi, tentunya banyak permasalahan agama yang saya angkat dalam web ini, diantaranya tentang akibat kemaksiatan. dan juga ceramah-ceramah agama yang banyak tentang siroh dan aqidah. semua itu tidak lain adalah usaha kecil untuk mengajak kembali kaum muslimin di tanah air untuk berusaha beragama sebagaiamana yang dicontohkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. dan musibah tidak bisa hilang dari saudara-saudara kita di tanah air kecuali dengan memperbaiki keimanan yang benar yang bersih dari kesyirikan, khurofat, bid'ah, dan racun filsafat. serta dengan menjalankan ibadah sesuai dengan sunnah Nabi. baarokallahu fiikum
Pertanyaan: assalamualaikum pak ustad, saya bingung tentang ini pak ustad, saya pernah denger tentang sholat Tahajjud secara berjemaah seperti yg di lakukan di Masjidil Haram dari tanggal 20 Ramadhan...itu gimana pak ustad, apakah termasuk bidah?..
dan tentang sa'i di MAS'A yg di perluas...itu gimana pak ustad,,apakah juga termasuk bidah?
 Jawaban:
walaikumsalam, sholat tahajjud yang dilakasanakan di bulan ramadhan itulah sholat tarawih, tidak ada bedanya. itu hanya istilah nama saja, karena dikerjakan pada jam 1 malam. dan itu merupakan ronde kedua sholat tarwih yang merupakan kelanjutan dari sholat tarawih yang ronde pertama dikerjakan pada jam 9 atau 10 malam. oleh karenanya pada tarwih ronde pertama tidak dilakukan shoalt witir, akan tetapi ditunda pada ronde kedua, yaitu dipenghujung sholat tarwih ronde kedua.
Meralat/meluruskan:
Kayaknya ada kesalahan ketik ustadz...mungki n bisa dibenarkan yg ana kasih tanda...
Tanggal kelahiran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam masih diperselisihkan , akan tetapi hampir merupakan kesepakatan para ulama bahwasanya Nabi meninggal pada tanggal 12 Rabi'ul awwal. Oleh karenanya pada hekekatnya perayaan dan bersenang-senan g pada tanggal 12 Rabi'ul Awwal merupakan perayaan dan bersenang-senan g dengan """kematian""" Nabi.