
Kesiapan diri sangatlah penting dalam rangka menghadapi segala
kemungkinan yang akan terjadi di dalam kehidupan ini. Sedangkan terhadap
yang telah terjadi, maka sikap yang harus kita miliki adalah ridho.
Ridho terhadap apa yang akhirnya terjadi atau ridho pada hasil yang
akhirnya kita terima setelah usaha yang kita lakukan.
Ridho
itu adalah keterampilan mental untuk realistis menerima kenyataan. Hati
menerima kenyataan, dibarengi otak dan anggota tubuh yang berikhtiar
terus untuk mencapai keadaan yang lebih baik lagi.
Mengapa
kita harus ridho? Karena jika kita tidak ridho pun, kejadian atau hasil
itu tetap terjadi. Contoh sederhananya adalah apabila kita sedang
berjalan di tengah lapangan golf, kemudian ada satu bola golf yang
terlempar dan mengenai jempol kaki kita. Jika peristiwa ini terjadi pada
diri kita, maka bersikaplah ridho. Karena tak ada untungnya juga
bersikap tidak ridho, toh bola itu telah mengenai jempol kaki
kita. Biarlah rasa sakit sejenak. Janganlah rasa sakit itu membuat kita
bersikap menggerutu, mengutuk atau sikap apapun yang tidak baik.
Dalam
keadaan seperti di atas itu, justru terdapat celah kesempatan kita
untuk beribadah. Yaitu ketika kita bisa memaknai jatuhnya bola golf
tersebut sebagai teguran dari Allah Swt. agar kita tetap ingat pada-Nya.
Sehingga ucapan yang terlontar pun adalah dzikir.
Rasulullah Saw. bersabda, “Akan merasakan kelezatan/kemanisan iman, orang yang ridho kepada Allah sebagai Rabb-nya dan Islam sebagai agamanya serta (nabi) Muhammad sebagai rasulnya.” (HR. Muslim)
Sebagaimana
isi hadits di atas, bersikap ridho akan memberi nuansa tersendiri di
dalam batin kita. Karena sebenarnya penderitaan kita saat menggerutu dan
mengutuk itu bukan karena peristiwa jatuhnya bola pada jempol kaki
kita. Melainkan karena kita tidak mau menerima kenyataan itu. Sehingga
akhirnya kita pun merasakan penderitaan.
Contoh lainnya
yang banyak terjadi di tengah-tengah kita adalah sikap mengejek atau
mencibir keadaan diri sendiri. Ada orang yang mencibir fisiknya sendiri
hanya karena hidungnya yang pesek, atau kulitnya yang hitam, atau
posturnya yang pendek. Atau ada juga orang yang mencibir dirinya sendiri
hanya karena terlahir dari keluarga yang tidak kaya raya.
Orang
seperti di atas akan merasakan penderitaan. Penderitaan mereka bukan
disebabkan oleh kenyataan yang terjadi, akan tetapi karena
ketidakterampilannya dalam menerima kenyataan. Maka, tidak heran bila
kita banyak menyaksikan orang-orang yang mengalami stres karena tidak
terampil menerima kenyataan yang terjadi pada diri mereka, baik itu
berkenaan dengan fisik penampilan, keuangan, karir, dan lain sebagainya.
Oleh
karena itu, apapun kenyataan yang kita hadapi, terimalah dan jangan
berkeluh kesah, apalagi mengutuk atau menggerutu. Sikap ridho akan
menghindarkan kita dari rasa menderita. Kenyataan yang berbeda dengan
harapan akan jadi terasa ringan dan kita pun akan lebih bisa
mengkondisikan diri untuk berbahagia.
Sungguh tidak ada
satu kejadian pun yang tanpa maksud atau tujuan. Termasuk jika kejadian
itu adalah sebuah musibah. Suatu kerugian besar apabila musibah yang
datang disikapi dengan sikap negatif, tidak menerima, menggerutu, atau
sikap sejenisnya. Karena musibah adalah ujian yang justru akan semakin
memperkokoh kekuatan diri seseorang. Bahkan jika dihadapi dengan ridho,
musibah bisa menjadi jalan menuju surga. Sebagaimana firman Allah Swt,
“Apakah
kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu
(cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka
ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan
bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang
beriman bersamanya, “Bilakah datangnya nashrullah (pertolongan Allah).” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah [2]: 214).
Bersikap
ridho itu seperti bila kita menanak nasi, tanpa disadari air yang kita
tuangkan terlalu banyak sehingga beras itu malah jadi bubur. Dalam
keadaan ini, sikap yang kita lakukan bukanlah menggerutu dan menyalahkan
diri apalagi memarahi orang lain. Namun, bersikaplah ridho dengan
misalnya mencari daun seledri, kacang kedelai dan suwiran daging ayam.
Ditambahi kecap dan krupuk sehingga bubur itu menjadi bubur ayam dengan
citarasa spesial.
Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang ridho (kepada ketentuan Allah) maka Allah akan ridho kepadanya..” (HR. Tirmidzi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar