Musik

Kamis, 26 November 2015

MENAATI SUAMI KUNCI MASUK SURGA

Tujuan-tujuan terpenting pernikahan adalah agar kita mempunyai keinginan kuat masuk surga dengan cara melaksanakan perintah Allah untuk menjauhkan dari perbuatan zina dan melalui ketaatan kepada suami. Ketahuilah suami adalah surga dan neraka, keharmonisan sebuah rumah tangga dibangun atas dasar cinta kepada Allah dengan menaati suami.
Selain kita harus menaati orang tua juga seorang istri haruslah menaati suaminya, bahwa jalan masuk surga adalah membahagiakannya, menggunakan segala cara untuk mendapatkan kerelaannya, dan melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya dengan merealisasikan ketaatan kepadanya.
Di antara faktor yang akan membantu kita menaati suami dan membahagiakannya ialah selalu mengingat besarnya hak suami kepada istri. Banyak para istri yang meremehkan hak suami dan tidak memberikan perhatian kepadanya. Seakan-akan membahagiakan suami dan menaatinya hanya pelengkap kehidupan rumah tangga, bukan merupakan hal pokok.
Sedikit sekali istri-istri seperti ini yang berhasil membahagiakan suami dan menunaikan haknya dengan sebaik-baiknya. Padahal, itu dapat mengurangi martabat dan terkadang menghalanginya masur surga. Sebagai istri shalihah haruslah pandai membahagiakan suaminya.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
لَوْ كُنْتُ آمِرًا لِأَحَدٍ أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
“Sekiranya aku berhak memerintahkan salah seorang untuk bersujud kepada orang lain, niscaya akan aku perintahkan seseorang istri untuk bersujud kepada suaminya.” (HR. Ahmad, At Tirmidzi).
إِذَا صَلَتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا، دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ
Apabila seorang wanita mengerjakan shalat lima waktunya, mengerjakan puasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia inginkan.” (HR. At Tirmidzi)
Hadits ini menunjukkan pentingnya peran suami dalam kehidupan istri, istri tidak bisa menanggung hidup tanpa suaminya, sehingga ia harus menaati dan merealisasikan kebahagiaan pada dirinya.
Betapa besar hak suami yang telah bertanggungjawab atas istrinya, karena itu, hendaknya siang dan malam anda harus merenungkan bagaimana bisa membahagiakannya dan memperoleh ridhanya pada setiap waktu.
Di antara perkara-perkara yang membuat anda mudah menunaikan hak-hak tersebut ialah adanya harapan mendapatkan pahala yang besar. Tidak ada pahala untuk anda setelah perbuatan menaati suami yang lebih baik dari pada ridha Allah dan kemenangan dengan mendapatkan jannah. Sebab suami adalah pusat ujian dan alat mengetahui kadar keimanan dan kebenaran cinta seorang istri terhadapnya untuk mencari keridhaan Allah dan menaati-Nya.
Suami memiliki beberapa hak atas istri yang sudah seharusnya wanita shalihah mengetahuinya agar ia tidak mengurangi hak-hak yang tidak sesuai dengan hawa nafsunya. Di antara hak-hak tersebut ialah:
Taat dalam kebaikan
Kewajiban seorang istri adalah ta’at kepada suami selama tidak untuk mengajak maksiyat kepada Allah demi menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Bukan karena niat mendapat perlakuan istimewa dari suaminya, bukan karena disebut sebagai menantu teladan, tetapi karena Allah dan Rasulnya memerintahkan kepada kita.
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ
“ … Maka perempuan-perempuan yang shalehah, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka)…” (Qs. An Nisa: 34)
Bagi istri shalihah hendaknya menunaikan hak-haknya yang disukai maupun yang dibenci selama tidak dalam kemaksiatan. Sebab Rosulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh menaati makhluk dalam kemaksiatan kepada Allah.” (HR. Ahmad, Al Hakim, dan dishahihkan  Al-Albani dalam shahih Al Jami’ Ash Shaghir (7520).
Namun tugas suami juga menjaga diri dan keluarganya dari siksa neraka sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارً۬ا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu….” (Qs. At Tahrim: 6)
Jika kita merenungkan betapa besar haknya kepada istri dan betapa besar pahala ketaatan kepadanya, niscaya akan menjadi kebaikan yang akan membantu dalam menaatinya. Ketahuilah, ketaatan terhadap suami merupakan ikatan yang paling kuat antara suami dan istri menjalin keharmonisan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah.
2. Berusaha mendatangkan keridhaan suami ketika marah
Hendaknya bagi seorang istri shalihah menjaga agar suaminya selalu ridha kepadanya agar keberlangsungan kebahagiaan rumah tangga tetap terjaga. Selain itu, sepatutnya pula ia berusaha mendatangkan keridhaan suami tatkala ia marah. Kalau kesalahan itu berasal dari sang istri, hendaknya ia segera meminta maaf kepadanya dan jangan larut dalam bisikan-bisikan setan yang senantiasa berusaha bersungguh-sungguh mengobarkan perselisihan dan perpecahan antara suami istri.
وَقُل لِّعِبَادِى يَقُولُواْ ٱلَّتِى هِىَ أَحۡسَنُ‌ۚ إِنَّ ٱلشَّيۡطَـٰنَ يَنزَغُ بَيۡنَہُمۡ‌ۚ
“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka.” (Qs. Al–Isra: 53)
Senyuman kepada suami, suara lembut dan kepatuhan tanpa membantahnya dengan suara yang lantang tatkala ia marah, akan berpengaruh baik kepada dirinya. Terkadang, sebagian istri merasakan bahwa membantah suami dan mendepatnya dijadikan alas an untuk mengambil haknya ari suami. Tetapi, sesungguhnya hak seorang istri paling besar yang akan diperoleh dengan bersikap sabar kepadanya tatkala ia sedang marah.
Jika permasalahan rumah tangga itu terjadi maka sebagai istri shalihah bisa mengerjakan beberapa perkara-perkara ini:
– Rahasiakan
Jangan sampai ada orang yang tahu apa yang sedang terjadi antara kalian berdua, sekalipun orang yang paling dekat. Sebab, hal itu memang harus ditutupi dan dirahasiakan.
– Intropeksi diri sendiri
Lakukan hal ini sebelum melakukan langkah apapun serta mengikuti hawa naPerlahan-lahan dan bijaksana
Jika suatu ada permasalahan dalam rumah tangga maka jangan tergesa-gesa mengambil keputusan tapi harus mengambil sikap yang bijaksana dalam menghadapinya.
– Adaptasi
Dalam hal ini, seorang istri menuntun diri untuk beradaptasi dengan suami dan memperhatikan perbedaan tabiat serta tata cara berinteraksi. Jangan lari dari tabiat suami. Sebaliknya, istri harus beradaotasi dan selalu berusaha memperhatikan tabiatnya.
– Bermusyawarah dengan orang-orang yang pandai
Kita harus senantiasa meminta nasihat dari orang-orang yang ahli dan berilmu untuk membantu permasalahan yang tengah terjadi.
Demikianlah, kita dapat memahami bahwa Islam telah mengatur hak-hak suami-istri. Jika masing-masing pasangan melaksanakannya dengan cara terbaik tentu kehidupan rumah tangga akan bahagia, namun jika hak tersebut disalahgunakan dan tidak dilaksanakan dengan sebaik-baiknya maka hal itu dapat menggagalkan sebuah ikatan perkawinan. Intinya adalah mengikuti Al-Qur`an dan hadits dalam menjalankan bahtera pernikahan sehingga tercipta keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. (T/P005/R02)
Sumber: Buku, “Menjadi Istri Penuh Pesona” karya Imad Al-Hakim
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Beberapa Kumpulan Do’a Dari Al Qur’an



Alhamdulillah sore tadi ba’da ashar kawasan Tubagus Ismail, Bandung diguyur hujan. Membuat sore hari di kota Bandung menjadi cukup dingin. Saya sedang berada di ruang kerja sembari menikmati secangkir kopi hangat untuk menemani saya mengerjakan pekerjaan kantor. Di sebelah saya ada rekan kerja yang juga sedang mengerjakan pekerjaan kantornya. Tak terasa sudah pukul 16.30 wib, itu artinya 30 menit lagi kami akan pulang kantor. Alhamdulillah pekerjaan kami pun sudah selesai saat itu juga. Jadi kami punya waktu kosong selama setengah jam. Sambil menunggu waktu pulang kantor, rekan kerja saya mengajak diskusi. Kami pun mulai berdiskusi, ia mencoba me-refresh materi majelis taklim yang pernah kami hadiri beberapa waktu lalu. Materi majelis taklim kala itu tentang “Bersihnya Hati, Kunci Menggapai Petunjuk Allah”. Lalu rekan kerja saya bercerita akhir – akhir ini ia seperti sedang mendapat petunjuk dari Allah. Allah seperti memberikan sign kepada dirinya akan suatu hal. Namun ia masih kurang yakin, apakah itu benar petunjuk dari Allah. Nah untuk lebih meyakinkan, ia pun teringat nasihat dari pemateri majelis taklim saat itu. Nasihatnya (kurang lebih), “Sebenarnya Allah senantiasa memberikan petunjuk kepada hamba-Nya. Namun kondisi hati yang berbeda – beda, ada yang kotor ada yang bersih, membuat kita (hamba-Nya) kadang tidak mampu melihat petunjuk tersebut. Sehingga agar hati senantiasa bersih, maka kuncinya adalah membersihkannya dengan ibadah.”
Rekan kerja saya kemudian mengatakan ibadah yang paling tepat untuk membersihkan hati adalah sholat malam dan sholat dhuha. Karena menurutnya ibadah tersebut berat untuk dilakukan, tapi jika bisa mengerjakannya maka ada kepuasan batin dan ketenangan hati setelahnya. Saya pun mengiyakan pendapat rekan saya. Terlepas dari ibadah – ibadah yang lain sebenarnya juga sarana untuk membersihkan hati kita. Saya pun mencoba mendukung pernyataannya dengan mengatakan bahwa disaat malam dan dhuha banyak manusia dalam kondisi lalai. Ketika malam hari sebagian besar tertidur lelap dan ketika dhuha mayoritas sedang disibukkan untuk mencari rezeki. Kami pun bersepakat bahwa sholat malam dan sholat dhuha memiliki keistimewaan yang luar biasa jika kita mampu melakukannya. Salah satunya adalah untuk membersihkan hati kita agar mampu melihat petunjuk, hidayah, dan tanda – tanda dari Allah. Untuk itulah kami ber-azzam untuk sekuat tenaga menjadikan ibadah sunnah tersebut hobi kami.
Diskusi kami tidak berhenti sampai situ saja. Kemudian kami teringat materi majelis taklim lainnya, yaitu “Dahsyatnya Kekuatan Do’a”. Pastilah kita semua sebagai seorang muslim sudah tau bahwa do’a adalah senjata terakhir seorang mukmin namun bisa mematikan. Artinya dengan do’a segala sesuatunya bisa terjadi atas kehendak Allah. Lalu iseng – iseng kami mencari ayat – ayat Al Qur’an yang berisi do’a. Dan ternyata banyak sekali. Nah ditulisan kali ini saya akan coba mengumpulkan beberapa do’a dari Al Qur’an. Artinya sangat bagus dan indah, bahkan lebih bernilai dari sekedar karya sastra. Tapi saya hanya akan menulis dengan kata – kata biasa beserta artinya. Saya harap sahabat membaca tulisan arabnya dari Al Qur’an. Semoga kumpulan do’a ini bermanfaat dan sahabat baca kapan pun, terutama ketika saat – saat mustajab do’a dikabulkan. Seperti setelah sholat, ketika sujud, waktu hujan turun, dan lain – lain. Selamat berdo’a :)
DOA KESELAMATAN (QS AL  BAQARAH : 286)
“RABBANA LA TU-AKHIDZNA IN NASINA AU AKHTHA’NA RABBANA WALA TAHMIL ‘ALAINA ISHRAN KAMA HAMALTAHU ‘ALALLADZINA MIN QABLINA, RABBANA WALA TUHAMMILNA MA LA THAQATA LANA BIH, WA’FU ‘ANNA WAGHFIRLANA WARHAMNA ANTA MAULANA FANSHURNA ‘ALAL QAUMIL KAFIRIN.”
“YA TUHAN KAMI, JANGANLAH ENGKAU HUKUM KAMI JIKA KAMI LUPA ATAU KAMI TERSALAH. YA TUHAN KAMI, JANGANLAH ENGKAU BEBANKAN KEPADA KAMI BEBAN YANG BERAT SEBAGAIMANA ENGKAU BEBANKAN KEPADA ORANG-ORANG SEBELUM KAMI. YA TUHAN KAMI, JANGANLAH ENGKAU PIKULKAN KEPADA KAMI APA YANG TAK SANGGUP KAMI MEMIKULNYA. BERI MA’AFLAH KAMI; AMPUNILAH KAMI; DAN RAHMATILAH KAMI. ENGKAULAH PENOLONG KAMI, MAKA TOLONGLAH KAMI TERHADAP KAUM YANG KAFIR.”
=============================
DOA KETABAHAN (AL BAQARAH : 250)
“RABBANA AFRIG ‘ALAINA SHABRAW WA SABBIT AQDAAMANA WANSHURNA ‘ALAL-QAUMIL-KAFIRIIN”
“YA TUHAN KAMI, TUANGKANLAH KESABARAN ATAS DIRI KAMI, DAN KOKOHKANLAH PENDIRIAN KAMI DAN TOLONGLAH KAMI TERHADAP ORANG-ORANG KAFIR.”
DOA MENGHINDARI KESESATAN (QS ALI IMRAN : 8)
“RABBANA LA TUZIGH QULUBANA BA’DA IZ HADAITANA WAHAB LANA MIL LADUNKA RAHMAH, INNAKA ANTAL WAHAB.”
“YA TUHAN KAMI, JANGANLAH ENGKAU JADIKAN HATI KAMI CONDONG KEPADA KESESATAN SESUDAH ENGKAU BERI PETUNJUK KEPADA KAMI, DAN KARUNIAKANLAH KEPADA KAMI RAHMAT DARI SISI ENGKAU; KARENA SESUNGGUHNYA ENGKAU-LAH MAHA PEMBERI (KARUNIA)”.
=============================
DIBERI KEMUDAHAN (QS AL KAHFI : 10)
“RABBANA ATINA MIL LADUNKA RAHMATAW, WA HAYYI’ LANA MIN AMRINA RASYADA.”
“WAHAI TUHAN KAMI, BERIKANLAH RAHMAT KEPADA KAMI DARI SISI-MU DAN SEMPURNAKANLAH BAGI KAMI PETUNJUK YANG LURUS DALAM URUSAN KAMI (INI).”
=============================
DOA KEKUATAN IMAN (QS ALI IMRAN : 16)
“RABBANA INNANA AMANNA FAGFIR LANA ZUNUBANA WA QINA ‘AZABAN-NAR.”
“YA TUHAN KAMI, SESUNGGUHNYA KAMI TELAH BERIMAN, MAKA AMPUNILAH SEGALA DOSA KAMI DAN PELIHARALAH KAMI DARI SIKSA NERAKA”
=============================
DOA KEKUATAN IMAN (QS ALI IMRAN : 53)
“RABBANA AMANNA BIMA ANZALTA WATTABA’NAR RASULA FAKTUBNA MA’ASY-SYAHIDIN.”
“YA TUHAN KAMI, KAMI TELAH BERIMAN KEPADA APA YANG TELAH ENGKAU TURUNKAN DAN TELAH KAMI IKUTI RASUL, KARENA ITU MASUKANLAH KAMI KE DALAM GOLONGAN ORANG-ORANG YANG MENJADI SAKSI (TENTANG KEESAAN ALLAH)”
=============================
DOA KESEMPURNAAN CAHAYA IMAN (QS AT TAHRIM : 8)
“RABBANA ATMIN LANA NURANA WAGFIR LANA INNAKA ‘ALA KULLI SYAI’IN QADIR.”
“YA RABB KAMI, SEMPURNAKANLAH BAGI KAMI CAHAYA KAMI DAN AMPUNILAH KAMI; SESUNGGUHNYA ENGKAU MAHA KUASA ATAS SEGALA SESUATU”
=============================
DOA KEKUATAN IMAN (QS ALI IMRAN : 147)
“RABBANAGHFIR LANA ZHUNUBANA WA ISRAFANA FI AMRINA WA SABBIT AQDAMANA WANSURNA ‘ALAL QAUMIL KAFIRIN.”
“YA TUHAN KAMI, AMPUNILAH DOSA-DOSA KAMI DAN TINDAKAN-TINDAKAN KAMI YANG BERLEBIH-LEBIHAN DALAM URUSAN KAMI DAN TETAPKANLAH PENDIRIAN KAMI, DAN TOLONGLAH KAMI TERHADAP KAUM YANG KAFIR”.
=============================
DOA HUSNUL KHATIMAH (QS ALI IMRAN : 193-194)
“RABBANA INNANA SAMI’NA MUNADIYAY YUNADI LIL IMANI AN AMINU BIRABBIKUM FA-AMANNA. RABBANA FAGHFIRLANA ZUNUBANA WA KAFFIR ‘ANNA SAYYI’ATINA WATAFFANA MA’AL ABRAR. RABBANA WA ATINA MA WA’ATTANA ‘ALA RASULIKA WA LA TUKHZINA YAUMAL-QIYAMAH, INNAKA LA TUKHLIFUL MI’AD.”
“YA TUHAN KAMI, SESUNGGUHNYA KAMI MENDENGAR (SERUAN) YANG MENYERU KEPADA IMAN, “BERIMANLAH KAMU KEPADA TUHANMU”, MAKA KAMIPUN 


BERIMAN. YA TUHAN KAMI, AMPUNILAH BAGI KAMI DOSA-DOSA KAMI DAN HAPUSKANLAH DARI KAMI KESALAHAN-KESALAHAN KAMI, DAN WAFATKANLAH KAMI BESERTA ORANG-ORANG YANG BANYAK BERBAKTI. YA TUHAN KAMI, BERILAH KAMI APA YANG TELAH ENGKAU JANJIKAN KEPADA KAMI DENGAN PERANTARAAN RASUL-RASUL ENGKAU. DAN JANGANLAH ENGKAU HINAKAN KAMI DI HARI KIAMAT. SESUNGGUHNYA ENGKAU TIDAK MENYALAHI JANJI.”
=============================
DOA PENYESALAN (QS AL A’RAF : 23)
“RABBANA ZALAMNA ANFUSANA WA ILLAM TAGFIRLANA WA TARHAMNA LANAKUNANNA MINAL KHASIRIN.”
“YA TUHAN, KAMI TELAH MENGANIAYA DIRI KAMI SENDIRI, DAN JIKA ENGKAU TIDAK MENGAMPUNI KAMI DAN MEMBERI RAHMAT KEPADA KAMI, NISCAYA PASTILAH KAMI TERMASUK ORANG-ORANG YANG MERUGI”
=============================
Itulah beberapa kumpulan doa yang ada di dalam Al Qur’an. Silahkan untuk diamalkan dan disampaikan kepada saudara, teman, dan kerabat kita lainnya. Saran saya, coba anda buka Al Qur’an dan cari doa – doa diatas langsung dari Al Qur’an. Maksud saya lebih afdhol jika kita membacanya dan menghafalkan dari Al Qur’an yang menggunakan bahasa arab. Sedangkan tulisan saya diatas menggunakan bahasa latin, karena laptop saya tidak dilengkapi keyboard arabic. Mohon maaf. Wallahu a’lam bishowab. Jazakumullahu khoiron katsiron

Kamis, 12 November 2015

Distributor Pakaian Muslim Gamis Syar’i


Hasil gambar untuk pakaian muslimahPakaian gamis adalah satu diantara icon baju muslimah. Dari masa dulu sampai saat ini gamis demikian familiar di kelompok wanita muslimah. Yang tidak sama hanya jenis-modelnya. Bila pada masa dulu pakaian gamis condong lebih simpel serta sedikit melibatkan inovasi serta variasi, waktu ini pakaian gamis telah tambah lebih moderen gamis syar’i dengan bermacam variasi baik dari sisi jenis ataupun penentuan bahan serta aksesorisnya.

Senin, 01 Juni 2015

RIDHO ILLAHI

ridho
Kesiapan diri sangatlah penting dalam rangka menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi di dalam kehidupan ini. Sedangkan terhadap yang telah terjadi, maka sikap yang harus kita miliki adalah ridho. Ridho terhadap apa yang akhirnya terjadi atau ridho pada hasil yang akhirnya kita terima setelah usaha yang kita lakukan.

Ridho itu adalah keterampilan mental untuk realistis menerima kenyataan. Hati menerima kenyataan, dibarengi otak dan anggota tubuh yang berikhtiar terus untuk mencapai keadaan yang lebih baik lagi.

Mengapa kita harus ridho? Karena jika kita tidak ridho pun, kejadian atau hasil itu tetap terjadi. Contoh sederhananya adalah apabila kita sedang berjalan di tengah lapangan golf, kemudian ada satu bola golf yang terlempar dan mengenai jempol kaki kita. Jika peristiwa ini terjadi pada diri kita, maka bersikaplah ridho. Karena tak ada untungnya juga bersikap tidak ridho, toh bola itu telah mengenai jempol kaki kita. Biarlah rasa sakit sejenak. Janganlah rasa sakit itu membuat kita bersikap menggerutu, mengutuk atau sikap apapun yang tidak baik.

Dalam keadaan seperti di atas itu, justru terdapat celah kesempatan kita untuk beribadah. Yaitu ketika kita bisa memaknai jatuhnya bola golf tersebut sebagai teguran dari Allah Swt. agar kita tetap ingat pada-Nya. Sehingga ucapan yang terlontar pun adalah dzikir.

Rasulullah Saw. bersabda, “Akan merasakan kelezatan/kemanisan iman, orang yang ridho kepada Allah  sebagai Rabb-nya dan Islam sebagai agamanya serta (nabi) Muhammad sebagai rasulnya.” (HR. Muslim)

Sebagaimana isi hadits di atas, bersikap ridho akan memberi nuansa tersendiri di dalam batin kita. Karena sebenarnya penderitaan kita saat menggerutu dan mengutuk itu bukan karena peristiwa jatuhnya bola pada jempol kaki kita. Melainkan karena kita tidak mau menerima kenyataan itu. Sehingga akhirnya kita pun merasakan penderitaan.

Contoh lainnya yang banyak terjadi di tengah-tengah kita adalah sikap mengejek atau mencibir keadaan diri sendiri. Ada orang yang mencibir fisiknya sendiri hanya karena hidungnya yang pesek, atau kulitnya yang hitam, atau posturnya yang pendek. Atau ada juga orang yang mencibir dirinya sendiri hanya karena terlahir dari keluarga yang tidak kaya raya.

Orang seperti di atas akan merasakan penderitaan. Penderitaan mereka bukan disebabkan oleh kenyataan yang terjadi, akan tetapi karena ketidakterampilannya dalam menerima kenyataan. Maka, tidak heran bila kita banyak menyaksikan orang-orang yang mengalami stres karena tidak terampil menerima kenyataan yang terjadi pada diri mereka, baik itu berkenaan dengan fisik penampilan, keuangan, karir, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, apapun kenyataan yang kita hadapi, terimalah dan jangan berkeluh kesah, apalagi mengutuk atau menggerutu. Sikap ridho akan menghindarkan kita dari rasa menderita. Kenyataan yang berbeda dengan harapan akan jadi terasa ringan dan kita pun akan lebih bisa mengkondisikan diri untuk berbahagia.

Sungguh tidak ada satu kejadian pun yang tanpa maksud atau tujuan. Termasuk jika kejadian itu adalah sebuah musibah. Suatu kerugian besar apabila musibah yang datang disikapi dengan sikap negatif, tidak menerima, menggerutu, atau sikap sejenisnya. Karena musibah adalah ujian yang justru akan semakin memperkokoh kekuatan diri seseorang. Bahkan jika dihadapi dengan ridho, musibah bisa menjadi jalan menuju surga. Sebagaimana firman Allah Swt,


 “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, Bilakah datangnya nashrullah (pertolongan Allah). Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah [2]: 214).

Bersikap ridho itu seperti bila kita menanak nasi, tanpa disadari air yang kita tuangkan terlalu banyak sehingga beras itu malah jadi bubur. Dalam keadaan ini, sikap yang kita lakukan bukanlah menggerutu dan menyalahkan diri apalagi memarahi orang lain. Namun, bersikaplah ridho dengan misalnya mencari daun seledri, kacang kedelai dan suwiran daging ayam. Ditambahi kecap dan krupuk sehingga bubur itu menjadi bubur ayam dengan citarasa spesial.

Rasulullah Saw. bersabda, Barangsiapa yang ridho (kepada ketentuan Allah) maka Allah akan ridho kepadanya.. (HR. Tirmidzi).

Manhaj (Semua Bid'ah Adalah Kesesatan)

semua bid'ah sesat"Semua bid'ah adalah kesesatan", demikianlah kaidah yang merupakan wahyu dari Allah yang telah dilafalkan oleh Rasulullah –shallallahu 'alaihi wa sallam-.

Sebagaimana telah diriwayatkan oleh sahabat Jabir bin Abdillah radhiallahu 'anhu,

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا خَطَبَ احْمَرَّتْ عَيْنَاهُ وَعَلاَ صَوْتُهُ وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ حَتَّى كَأَنَّهُ مُنْذِرُ جَيْشٍ يَقُولُ « صَبَّحَكُمْ وَمَسَّاكُمْ ». وَيَقُولُ « بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةَ كَهَاتَيْنِ ». وَيَقْرُنُ بَيْنَ إِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى وَيَقُولُ « أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ »

Dari Jabir bin Abdillah berkata : Jika Rasulullah berkhutbah maka merahlah kedua mata beliau dan suara beliau tinggi serta keras kemarahan (emosi) beliau, seakan-akan beliau sedang memperingatkan pasukan perang seraya berkata "Waspadalah terhadap musuh yang akan menyerang kalian di pagi hari, waspadalah kalian terhadap musuh yang akan menyerang kalian di sore hari !!". Beliau berkata, "Aku telah diutus dan antara aku dan hari kiamat seperti dua jari jemari ini –Nabi menggandengkan antara dua jari beliau yaitu jari telunjuk dan jari tengah-, dan beliau berkata : "Kemudian daripada itu, sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Al-Qur'an dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, dan seburuk-buruk perkara adalah perkara-perkara yang baru dan semua bid'ah adalah kesesatan"
(HR Muslim no 2042)


Dalam riwayat An-Nasaai ada tambahan

وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ ، وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

"Dan semua perkara yang baru adalah bid'ah dan seluruh bid'ah adalah kesesatan dan seluruh kesesatan di neraka"
(HR An-Nasaai no 1578)

Kaidah ini juga merupakan penggalan dari wasiat Nabi yang telah mengalirkan air mata para sahabat radhiallahu 'anhum, sebagaimana diriwayatkan oleh sahabat 'Irbaadh bin Sariyah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata :

«فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ»

"Sesungguhnya barangsiapa yang hidup setelahku maka dia akan melihat banyak perselisihan, maka wajib bagi kalian untuk mengikuti sunnahku dan sunnah para khulafaaur rosyidin yang mendapat petunjuk setelahku, berpegang teguhlah dengan sunnah-sunnah tersebut, dan gigitlah ia dengan geraham kalian. Dan hati-hatilah kalian terhadap perkara-perkara baru, karena semua perkara baru adalah bid'ah dan semua bid'ah adalah kesesatan"
(HR Abu Dawud no 4069)

Selain dua hadits di atas ada hadits lain yang juga mendukung bahwa semua bid'ah adalah kesesatan, yaitu sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :

إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً ثُمَّ فَتْرَةً، فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى بِدْعَةٍ فَقَدْ ضَلَّ، وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى سُنَّةٍ فَقَدْ اهْتَدَى "

"Sesungguhnya bagi setiap amalan ada semangat dan ada futur (tidak semangat), maka barangsiapa yang futurnya ke bid'ah maka dia telah sesat, dan barangsiapa yang futurnya ke sunnah maka dia telah mendapatkan petunjuk" (HR Ahmad 38/457 no 23474 dengan sanad yang shahih)

Dalam hadits ini jelas Nabi menjadikan sunnah sebagai lawan bid'ah dan mengandengkan bid'ah dengan kesesatan.

Demikian juga sebuah atsar dari Mu'adz bin Jabal radhiallahu 'anhu dimana beliau pernah berkata:

فَيُوشِكُ قَائِلٌ أَنْ يَقُولَ مَا لِلنَّاسِ لاَ يَتَّبِعُونِى وَقَدْ قَرَأْتُ الْقُرْآنَ مَا هُمْ بِمُتَّبِعِىَّ حَتَّى أَبْتَدِعَ لَهُمْ غَيْرَهُ فَإِيَّاكُمْ وَمَا ابْتُدِعَ فَإِنَّ مَا ابْتُدِعَ ضَلاَلَةٌ

"Hampir saja ada seseorang yang berkata : Kenapa orang-orang tidak mengikuti aku, padahal aku telah membaca Al-Qur'an, mereka tidaklah mengikutiku hingga aku membuat bid’ah  untuk mereka. Maka waspadalah kalian terhadap bid’ah karena setiap bid’ah adalah kesesatan.”
(Riwayat Abu Dawud no 4613, Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubro 10/210 no 21444, Abdurrozaq dalam mushonnafnya 11/363 no 20750 dengan sanad yang shahih)

Dalam atsar ini Mu'adz bin Jabal mensifati bid'ah dengan dolalah (kesesatan).

Hadits dan atasar ini semakin menguatkan kaidah umum yang telah dilafalkan oleh Nabi "Semua bid'ah adalah kesesatan".

Ibnu Rojab Al-Hanbali berkata,

فقوله - صلى الله عليه وسلم - : «كلُّ بدعة ضلالة» من جوامع الكلم لا يخرج عنه شيءٌ ، وهو أصلٌ عظيمٌ من أصول الدِّين ... فكلُّ من أحدث شيئاً ، ونسبه إلى الدِّين ، ولم يكن له أصلٌ من الدِّين يرجع إليه ، فهو ضلالةٌ ، والدِّينُ بريءٌ منه ، وسواءٌ في ذلك مسائلُ الاعتقادات ، أو الأعمال ، أو الأقوال الظاهرة والباطنة

"Maka sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam "Semua bid'ah adalah kesesatan" termasuk dari jawaami'ul kalim (kalimat yang singkat namun mengandung makna yang luas-pen), tidak ada satupun yang keluar darinya (yaitu dari keumumannya-pen), dan ia merupakan pokok yang agung dari ushuul Ad-Diin... maka setiap orang yang mengadakan perkara yang baru dan menyandarkannya kepada agama padahal tidak ada pokok agama yang dijadikan sandaran maka ia adalah sesat, dan agama berlepas darinya. Dan sama saja apakah dalam permasalahan keyakinan atau amal ibadah baik yang dzohir maupun yang batin"
(Jaami'ul uluum wal hikam hal 252)

Ibnu Hajar Al-Haitami berkata,

أَنَّ الْبِدْعَةَ الشَّرْعِيَّةَ لاَ تَكُوْنُ إِلاَّ ضَلاَلَةً بِخِلاَفِ اللُّغَوِيَّةِ

"Bahwasanya bid'ah syar’iyah pasti sesat berbeda dengan bid'ah secara bahasa" (Al-Fataawa Al-Hadiitsiyah hal 206)

Banyak hal yang menunjukan keumuman kaidah Nabi ini "Semua bid'ah adalah sesat", diantaranya :

Pertama : Semua dalil yang menunjukan tercelanya bid'ah datang dalam bentuk mutlak dengan tanpa pengecualian sama sekali. Tidak ada satu dalilpun dalam syari'at yang menyatakan : "Semua bid'ah adalah sesat kecuali ini dan itu". Jika ternyata tidak ada dalil sama sekali yang mengecualikan maka kita harus kembali kepada keumuman "Semua bid'ah adalah sesat" tanpa ada pengecualian.

Kedua : Kaidah umum yang disebutkan oleh Nabi ini –yaitu "Semua bid'ah adalah sesat"- selalu diucapkan dan disampaikan oleh Nabi tatkala khutbah sebagaimana dijelaskan oleh sahabat Jarir bin Abdillah di atas. Hal ini menunjukan Nabi sering menyampaikan kaidah ini kepada para sahabat, akan tetapi tidak ada satu dalilpun yang mengecualikan keumuman kaidah Nabi ini. Dan dalam suatu kaidah jika ada suatu kaidah yang kulliah (umum) atau suatu dalil syar'i (yang lafalnya menunjukan keumuman) jika terulang-ulang di tempat yang banyak tanpa sama sekali ada pentaqyidan atau pengkhususan maka hal ini menunjukan akan berlakunya keumuman dalil tersebut. Dan dalil-dalil yang berkaitan tentang pencelaan bid'ah keadaannya seperti ini dimana datang dalam jumlah yang banyak di tempat yang berbeda-beda, pada waktu yang berbeda-beda, namun tidak ada satu dalilpun yang menunjukan adanya pengkhususan atan pentaqyidan

Ketiga :  Kalau ada dalil yang menunjukan adanya pengecualian bid'ah yang baik maka dalil tersebut harus dari Al-Qur'an atau dari hadits Nabi, atau ijmak para ulama. Adapun perkataan sebagian ulama maka itu bukanlah dalil yang mengkhususkan dan mengecualikan keumuman kaidah Nabi "Semua bid'ah adalah sesat". Jika para ulama tidak memandang ijmaknya para ahli Madinah di zaman Imam Malik sebagai hujjah, dan hujjah adalah sunnah Nabi, apalagi hanya pendapat sebagian dan segelintir ulama. Apalagi ternyata ada ulama lain yang menyelisihi mereka.

Keempat : Kalau ada dalil yang mengkhususkan keumuman kaidah Nabi ini sehingga ada satu atau dua bid'ah yang dikecualikan maka keumuman kaidah ini tetap berlaku pada seluruh bid'ah yang lain, kecuali pada dua bid'ah yang telah terkecualikan tadi. Akan tetapi kenyataannya tidak ada dalil sama sekali yang mengecualikan

Kelima : Ijma' para sahabat dan para tabi'in akan pencelaan bid'ah secara umum tanpa ada pengkhususan, hal ini diketahui dengan menelusuri atsar-atsar mereka (diantaranya silahkan lihat atsar-atsar para sahabat dalam kitab Al-Baa'its 'alaa inkaaril bida' wal hawaadits karya Abu Syaamah As-Syafi'i). Tidaklah kita dapati perkataan mereka atau sikap mereka terhadap bid'ah kecuali dalam rangka mencela. Adapun perkataan Umar ((sebaik-baik bid'ah adalah ini)) tidak menunjukan penyelisihannya terhadap para sahabat yang lain, karena Umar tidak bermaksud dengan perkataannya tersebut kecuali bid'ah menurut bahasa karena sholat tarawih merupakan sunnah Nabi shallalahu 'alaihi wa sallam.

Keenam : sesuatu bid'ah dinilai baik merupakan hal yang relatif. Bukankah setiap bid'ah dinilai baik oleh peakunya, namun dinilai buruk oleh orang lain??. Oleh karena perkaranya relatif maka tidak bisa dijadikan patokan dalam membentuk suatu ibadah baru.

Sebagai contoh bid'ah maulid Nabi, sebagaian orang merasa hal itu merupakan sesuatu yang baik karena bisa menumbuhkan dan memupuk kecintaan kepada Nabi. Akan tetapi sebagian orang menganggap perayaan maulid Nabi merupakan perkara yang buruk karena mengandung beberapa mafsadah diantaranya :

-         Tanggal kelahiran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam masih diperselisihkan, akan tetapi hampir merupakan kesepakatan para ulama bahwasanya Nabi meninggal pada tanggal 12 Rabi'ul awwal. Oleh karenanya pada hekekatnya perayaan dan bersenang-senang pada tanggal 12 Rabi'ul Awwal merupakan perayaan dan bersenang-senang dengan kematian Nabi

-         Acara perayaan kelahiran Nabi pada hakekatnya tasyabbuh (meniru-niru) perayaan hari kelahiran Nabi Isa yang dilakukan oleh kaum Nashrani. Padahal Nabi bersabda مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ "Barangsiapa yang meniru-niru suatu kaum maka ia termasuk kaum tersebut"

-         Kelaziman dari diperbolehkannya merayakan hari kelahiran Nabi adalah diperbolehkan pula merayakan hari kelahiran Nabi-Nabi yang lain, diantaranya merayakan hari kelahiran Nabi Isa. Jika perkaranya demikian maka sangat dianjurkan bahkan disunnahkan bagi kaum muslimin untuk turut merayakan hari natal bersama kaum Nashrani

-         Bukankah dalam perayaan maulid Nabi terkadang terdapat kemungkaran, seperti ikhtilat antara para wanita dan lelaki?, bahkan di sebagian Negara dilaksanakan acara joget dengan menggunakan music?, bahkan juga dalam sebagaian acara maulid ada nilai khurofatnya dimana sebagian orang meyakini bahwa Nabi ikut hadir dalam acara tersebut, sehingga ada acara berdiri menyambut kedatangan Nabi. Bahkan dalam sebagian acara maulid dilantunkan syai'ir-sya'ir pujian kepada Nabi yang terkadang berlebih-lebihan dan mengandung unsur kesyirikan

-         Acara perayaan maulid Nabi ini dijadikan sarana oleh para pelaku maksiat untuk menunjukan kecintaan mereka kepada Nabi. Sehingga tidak jarang acara perayaan maulid Nabi didukung oleh para artis –yang suka membuka aurot mereka-, dan juga dihadiri oleh para pelaku maksiat. Karena mereka menemukan sarana untuk menunjukan rasa cinta mereka kepada Nabi yang sesuai dengan selera mereka. Akhirnya sunnah-sunnah Nabi yang asli yang prakteknya merupakan bukti kecintaan yang hakiki kepada Nabipun ditinggalkan oleh mereka. Jika diadakan perayaan maulid Nabi di malam hari maka pada pagi harinya tatkala sholat subuh maka mesjidpun sepi. Hal ini mirip dengan perayaan isroo mi'rooj yang dilakukan dalam rangka mengingat kembali hikmah dari isroo mi'rooj Nabi adalah untuk menerima perintah sholat lima waktu. Akan tetapi kenyataannya betapa banyak orang yang melaksanakan perayaan isroo' mi'rooj yang tidak mengagungkan sholat lima waktu, bahkan tidak sholat sama sekali. Demikian juga perayaan nuzuulul qur'an adalah untuk memperingati hari turunnya Al-Qur'aan akan tetapi kenyataannya betapa banyak orang yang semangat melakukan acara nuzulul qur'an ternyata tidak perhatian dengan Al-Qur'an, tidak berusaha menghapal Al-Qur'an, bahkan yang dihapalkan adalah lagu-lagu dan musik-musik yang merupakan seruling syaitan

-         Kelaziman dari dibolehkannya perayaan maulid Nabi maka berarti dibolehkan juga perayaan-perayaan yang lain seperti perayaan isroo' mi'rooj, perayaan nuzuulul qur'aan dan yang lainnya. Dan hal ini tentu akan membuka peluang untuk merayakan acara-acara yang lain, seperti perayaan hari perang badr, acara memperingati hari perang Uhud, perang Khondaq, acara memperingati Hijrohnya Nabi, acara memperingati hari Fathu Mekah, acara memperingati hari dibangunnya mesjid Quba, dan acara-acara peringatan yang lainnya. Hal ini tentu akan sangat menyibukan kaum muslimin.

Dari sini sangatlah jelas bahwasanya baiknya suatu bid'ah merupakan hal yang sangat relatif.

Ketujuh : Jika ada yang berkata, "Saya ingin melakukan sesuatu manuver baru yang akan mendatangkan banyak kebaikan dan akan menghilangkan perselisihan diantara kaum muslimin dan mengkokohkan barisan mereka. Karena kenyataannya sekarang kaum muslimin bercerai berai. Manuver baru tersebut adalah : Tidaklah kita beribadah dan berkeyakinan kecuali dengan ibadah dan keyakinan yang diyakini oleh para salafus sholeh. Jika seluruh sekte dalam Islam mengikuti manuver ini maka tentunya akan mempersatukan umat Islam".

Tanpa diragukan lagi bahwa manuver ini bukanlah bid'ah, bahkan banyak dalil dari syari'at yang mendukung akan hal ini. Akan tetapi taruhlah hal ini merupakan bid'ah, toh ternyata terlalu banyak sekte Islam yang tidak setuju dengan manuver ini, padahal hal ini merupakan hal yang sangat baik. Bahkan hampir seluruh sekte memerangi manuver ini, karena kelaziman dari manuver ini maka seluruh cara ibadah dan keyakinan yang dimiliki sekte-sekte tersebut yang tidak terdapat di zaman salaf maka harus ditinggalkan.

Kedelapan : Bukankah sunnah-sunnah dan ibadah-ibadah yang jelas-jelas datang dari Nabi sangatlah banyak?? Dan bukankah salah seorang dari kita tidak akan mampu untuk melaksanakan seluruh ibadah-ibadah tersebut?. Sebagai contoh, cobalah salah seorang dari kita membaca kitab Riyaadus Sholihiin, lalu berusaha menerapkan ibadah dan adab-adab yang telah dijelaskan dalam kitab tersebut yang notabene benar-benar datang dan dicontohkan oleh Nabi. Tentunya dia tidak akan mampu untuk melakukannya. Jika perkaranya demikian, lantas mengapa kita harus bersusah payah untuk memunculkan model-model ibadah yang baru yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi dan para sahabatnya??!!



(Lihat kitab Al-Baa'its 'alaa inkaaril bida' wal hawaadits, karya Abu Syaamah As-Syafi'i, Haqiqotul Bid'ah wa Ahkaamuhaa hal 1/282-285, Majmu' fatawa Ibnu Taimiyyah 10/370-371, dan Iqtidho shirootil Mustaqiim karya Ibnu Taimiyyah 1/270, Luma' fi Ar-Rod 'alaa muhassinil bida')


Madinah, 21 Dzul Hijjah 1431 / 27 November 2010
Abu ‘Abdilmuhsin Firanda Andirja
Artikel: www.firanda.com

ustadz, bagaimana dengan bid'ah yang di buat ummar radiyallahu 'anhu? blm ada jawaban
Pertanyaan :
Afwan akh, bid'ah yang mana yang antum maksud?
Jika yg dimaksud adalah perkataan Umar, " نعمت البدعة هذه " "sebaik-baik bid'ah adalah ini" maka kata bid'ah yang dimaksudkan oleh 'Umar adalah bid'ah secara bahasa yaitu sesuatu yang baru. Karena Umar mengatakan hal tersebut ketika melihat manusia mengerjakan sholat tarawih secara berkelompok-kel ompok, dalam satu masjid ada orang yang shalat tarawih sendiri ada juga yang berjamaah dengan beberapa orang dan yang lain juga demikian berjamaah dengan beberapa orang. Melihat fenomena ini Umar memandang bahwa lebih baik untuk menyatukan mereka agar sholat berjamaah dengan satu imam. Maka Umarpun menyatukan mereka untuk bermakmum kepada Ubay bin Ka'ab. Kemudian pada malam hari yang lain Umar keluar dan orang-orang pun shalat berjamaah dengan imamnya maka Umar berkata, "sebaik-baik bid'ah adalah ini".
Atsar tersebut bisa antum lihat di kitab Muaththo Imam Malik Bab Ma Ja-a fi Qiyam Ramadhon.
Yang dilakukan Umar ini adalah menghidupkan sunnah Nabi yang telah ditinggalkan bukan membuat bid'ah dalam agama karena shalat tarawih berjamah mempunyai dasar hukum dan merupakan sunnah Nabi, Beliau pernah melaksanakannya 2 atau tiga kali namun beliau tidak melukannya lagi karena khawatir akan diwajibkannya hal tersebut terhadap umatnya. Akan tetapi setelah Beliau meninggal maka kekhawatiran ini tidak ada lagi karena syariat telah tetap dan tidak mungkin berubah maka umar menghidupkan kembali sunnah ini. Apakah mungkin suatu ibadah yang pernah dilakukan Nabi dikatakan sebagai sesuatu bid'ah dalam agama? Tentu kita semua sepakat mengatakan "tidak". Oleh sebab itulah perkataan Umar di atas yang dimaksud adalah bid'ah secara bahasa.? blm ada jawaban.
Bantu negerimu jangan omong Bid ah melulu semua orang tahu bi ah syariaat adalah sesat, pikirkan saudaramu yg bdirundung bencana mas.?
Jawaban:
syukron atas masukan akh pandu nusantara, saya rasa akh atau pak pandu mungkin pengunjung baru web ini, coba akh pandu melihat kolom daftar isi, tentunya banyak permasalahan agama yang saya angkat dalam web ini, diantaranya tentang akibat kemaksiatan. dan juga ceramah-ceramah agama yang banyak tentang siroh dan aqidah. semua itu tidak lain adalah usaha kecil untuk mengajak kembali kaum muslimin di tanah air untuk berusaha beragama sebagaiamana yang dicontohkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. dan musibah tidak bisa hilang dari saudara-saudara kita di tanah air kecuali dengan memperbaiki keimanan yang benar yang bersih dari kesyirikan, khurofat, bid'ah, dan racun filsafat. serta dengan menjalankan ibadah sesuai dengan sunnah Nabi. baarokallahu fiikum
Pertanyaan: assalamualaikum pak ustad, saya bingung tentang ini pak ustad, saya pernah denger tentang sholat Tahajjud secara berjemaah seperti yg di lakukan di Masjidil Haram dari tanggal 20 Ramadhan...itu gimana pak ustad, apakah termasuk bidah?..
dan tentang sa'i di MAS'A yg di perluas...itu gimana pak ustad,,apakah juga termasuk bidah?
 Jawaban:
walaikumsalam, sholat tahajjud yang dilakasanakan di bulan ramadhan itulah sholat tarawih, tidak ada bedanya. itu hanya istilah nama saja, karena dikerjakan pada jam 1 malam. dan itu merupakan ronde kedua sholat tarwih yang merupakan kelanjutan dari sholat tarawih yang ronde pertama dikerjakan pada jam 9 atau 10 malam. oleh karenanya pada tarwih ronde pertama tidak dilakukan shoalt witir, akan tetapi ditunda pada ronde kedua, yaitu dipenghujung sholat tarwih ronde kedua.
Meralat/meluruskan:
Kayaknya ada kesalahan ketik ustadz...mungki n bisa dibenarkan yg ana kasih tanda...
Tanggal kelahiran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam masih diperselisihkan , akan tetapi hampir merupakan kesepakatan para ulama bahwasanya Nabi meninggal pada tanggal 12 Rabi'ul awwal. Oleh karenanya pada hekekatnya perayaan dan bersenang-senan g pada tanggal 12 Rabi'ul Awwal merupakan perayaan dan bersenang-senan g dengan """kematian""" Nabi.

Sabtu, 30 Mei 2015

PUASA ITU ADALAH PERISAI ORANG BERIMAN

Puasa itu adalah perisai.” Sabda Rasulullah seperti di riwayatkan Imam Bukhari. Hanya dalam puasanlah, seeorang di arang melakukan perbuatan yang sebenarnya halal di lakukan.

[New+Image.GIF]Puasa, pada hakikatnya adalah pendidikan bagi jiwa ( Tarbiyatun nafs ) untuk mampu mengendalikan diri dan menahan hawa nafsu.

Hasil pendidikan itu , akan tercermin dalam pribadi orang yagn lebih bisa bersabar, Menahan diri, tawakkal, pasrah , tidak emosinal, tenang dalam menghadapi berbagai persoalan. Puasa menajdi kecil tak bernilai dan lemah unsur pendidikannya ketika upaya menahan dan mengendalikan nafsu itu hancur oleh pelanpiasan nafsu yang di hempaskan saat berbuka.

jika saat berbuka puasa menjadi saat melahap semua keinginan nafsunya yan gtertahan sejak pagi hingga petang. Menjadikan saat berbuka sebagai kesempatan” Balas Dendam “ dari upaya menahan lapar dan haus selama siang hari. Bila ini terjadi, berarti nilai pendidikan Puasa akan hilang.

ketika bulan Ramadhan tidak di optimalkan untuk banyak mengeluarkan infaq dan shadaqah. Rasulullah S.A.W , seperti di gambarkan dalah hadits, menjadi sosok yang paling murah dan dermawan di bulan Ramadhan. Hingga kedermawananya mengalahkan angin yang bertiup . Di bulan inilah, satu amal kebajikan bisa bernilai puluhan bahkan ratusan kali lipat di badning bulan-bulan laninnya. Momentum seperti sangat berharga dan tidak boleh di sia-siakan. Keyakinan itu yang di kembangkan oleh para sahabat dansalafu shalilh.

Amal-amal ibadah satu bulan Ramadhan, adalah bekal pesokan agar rohani dan keimanan seseorang meningkat untuk menghadapi sebelas bulan setelahnya. Namun , orang akan gagal meraih keutamaan Ramadhan, saat ia tidak berupaya menghidupkan melestarikan amal-amal ibadah yang pernah ia jalankan dalam satu bulan itu.
ketika puasa tak bisa menjadikan pelakunya berupaya memelihara mata dari melihat yang haram Mata adalah penerima informasi paling efektif yagn bisa memberi rekaman dalam otak dan jiwa seseorang. Memori informasi yang tertangkap oelh mata, lebih sulit terhapus ketimbang informasi yang di peroleh melalui indera lainnya. Karenanya , memelihara mata menjadikan sangat penting untuk membersihkan jiwa dan pikiran dari berbagai kotoran. Salah mengarahkan pandangan, bila terus berulang akan menumbuhkan suasana kusan dan tidak nyaman dalam jiwa dan pikiran. Ini sebabnya mengapa islam mewasiatkan sikap hati-hati menggunakan nikmat mata.

Puasa yang tak menambah pelakunya lebih memelihara mata dari yang haram. Menjadikan puasa itu nyaris tak memiliki pengaruh apapun dalam perbaikan dirinya. Karneannya, boleh jadi puasanya secara hukum sah, tapi substansi puasa itu tidak akan tercapai.
Ketika malam-malam Ramadhan menjadi tak ada bedanya dengan malam selain ramadhan, Salahl satu ciri khas bulan Ramadhan adalah, Rasullullah menganjurkan ummatnya untuk menghidupkan malam dengan shalat dan do'a-do'a tertentu. Ibadah shalat malam di bulan Ramadhan yang ibasa di sebut dengan sholat tarawih. Merupakan amal ibadah khusus di bulan ini. Tanpa menghidupkan malam dengan ibadah tarawih. Tentu seseorang akan kehilangan momentum berharga. Selain itu, di dalam sholat ini pula Rasulullah mengajarkan do'a-do'a khusus yang isla Allah akan di jabah oleh Allah S.W.T. Diantara do;a yang perlu di perbanyak dalam sholat tarawih adalah.” Allahumma inni as alukarhidaka wal jannah wanna'udzu bika min shakhotika wannar “. “ Ya Allah , aku memohon perlindungan dari kemarahan-Mu dan dari neraka-Mu”

Maka dari itu , semoga di Bulan Ramadhan ini , patut kita selalu menjalankan segala amal ibadah untuk selalu meningkatkan keimanan kita sehingga dapat menghadapi sebelas bulan setelahnya. untuk mencapai segala keutamaan-NYa.Karena semua itu akan berpulang pada kejujuran nurani kita masing-masing.


DZIKIR SEHABIS SHALAT

Astaghfirullaahal azhiima, alladzi laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuumu, wa atuubu ilaih 3 x
Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Luhur. Tiada Tuhan selain Allah. Dzat yang hidup lagi kekal. Aku bertobat kepadaNya 3x

Laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariika lahuu, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wa yumiitu wa huwa ‘alaa kulli syai-in qadiirun. 3x
Tiada Tuhan melainkan Allah Yang Mahaesa. Tiada yang menyekutukanNya . Semua kerajaan (kekuasaan) dan pujian kepunyaanNya . Dzat yang menghidupkan dan yang mematikan . Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu 3x

Allaahumma antas-salaamu, waminkas-salaamu, wa ilaika ya ‘uudus-salaamu, fahayyinaa rabbanaa bissalaami, wa adkhilnal jan nata daaras-salaami, tabarakta rabbanaa wa ta’aalaita yadzal jalaali wal ikraam.
Ya Allah! Engkaulah yang dapat menyelamatkan, dari Engkaulah datangnya keselamatan, dan kepada Engkaulah kembalinya keselamatan, maka dari itu ya Tuhan kami! Hidupkanlah kami dengan keselamatan dan masukkanlah kami ke surga, yaitu desa (tempat) keselamatan. Mahasuci lagi Mahaluhur Engkau Tuhan kami, wahai Dzat yang mempunyai keluhuran dan kemuliaan.

Bismillaahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiina. Arrahmaanirrahiim. Maaliki yaumiddiin. Iyyaaka na’budu wa iyyaka nasta’iinu. Ihdinash shiraathal mustaqiima. Shiraathal ladziina  an’amta ‘ alaihim ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaaliina. (Aamiin)
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Yang menguasai hari pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukkanlah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan)  mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (Al Faatihah 1-7)

Al Quran , surat: 112 -  Al Ikhlas, 113 - Al Falaq, 114 - An Naas, 2 -Al Baqarah, ayat 1-5

Wa ilaahukum ilaahuw waahidu, laa ilaaha illaa huwarrahmmaanur rahiim.
Tuhanku ialah Tuhan Yang Maha Esa, tiada Tuhan melainkan Dia, Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (Al Baqarah 163)
Allahu laa illaaha illaa huwal hayyul qayyumu, laa ta’khudzuhuu sinatuw walaa nauum, lahuu maa fissamaawaati wamaa fil ardhi, man dzal ladzii yasfa’u ‘indahuu illaa bi idznihii, ya’ lamu maa baina aidiihim wa maa khalfahum wa laa yuhiithuuna bi syai-in min ‘ilmihii illaa bimaa syaa-a, wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardha, wa laa yaa uuduhuu hifzhuhumaa wa huwal ‘aliyyul ‘azhiimu.
Allah, tiada Tuhan melainkan Dia, Yang Hidup Kekal lagi Berdiri Sendiri*). Dia tidak mengantuk dan tidak tidur. KepunyaannNya apa yang ada di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa’at  di sisi Allah tanpa izinNya? Dia mengetahui apa-apa yang ada di hadapan mereka dan apa-apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi (kekuasaan)Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak berat memelihara keduanya, dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Agung (Al Baqarah 255/ Ayat Kursy)

*) Hayyu=Hidup kekal, tidak akan mengalami kebinasaan/ fana’ . Qoyyum=Tetap mengatur dan memelihara makhlukNya dan tidak pernah lengah sesaatpun 

Lillahi maa fis samaawati wa maa fil ardhi wa in tubduu maa fii anfusikum au tukhfuuhu yuhasibkum bihillaahu fa yaghfiru li may yasyaa-u wa yu’adzdzibuhu may yasyaa-u wallaahu’alaa kulli syai-in qadiir
Kepunyaan Allah segala apa yang ada di langit dan di bumi. Dan jika kamu nyatakan apa yang ada dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah membuat perhitungan kepadamu. Maka Allah mengampuni orang yang dikehendakiNya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu
Aamanar rasuulu bi maa unzila ilaihi mir rabbihii wal mu’minuuna kullun aamana billaahi wa malaa-ikatihii wa kutubihii wa rusulihii laa nufarriqu baina ahadim mir rusulihi wa qaaluu sami’naa wa atha’naa ghufraanaka rabbanaa wa ilaikal mashiir
Rasul (Muhammad) telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan (demikian pula) orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, dan rasul-rasulNya, (seraya mereka berkata),”Kami tidak membeda-bedakan antara seorang (dengan yang lain) dari pada rasul-rasulNya.” Dan mereka berkata,”Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami wahai Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali”

Laa yukallifullahu nafsan illaa wus’ahaa lahaa maa kasabat wa’alaihaa mak tasabat, rabbanaa laa tu-aakhidznaa in nasiina au akhta’naa rabbanaa wa laa tahmil ‘alainaa ishran ka maa hamaltahuu ‘alal ladziina min qablinaa rabbanaa wa laa tuhamilnaa maa laa thaaqata lanaa bihii wa’fu ‘annaa wagh fir lanaa war hamnaa anta maulaanaa fan shurnaa ‘alal qaumil kaafiriin
Allah tiada membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Baginya (pahala) apa yang dia kerjakan dan dia mendapat (siksa dari kejahatan) yang dia kerjakan. (Mereka memohon), “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau menyiksa kami jika kami lupa atau kami bersalah. Wahai Tuhan kami , jangan Engkau pikulkan kepada kami beban yang berat sebagaimana telah Engkau pikulkan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai TTuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami dan rahmatilah kami, Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. (Al Baqarah 284-286/ tiga ayat terakhir)

Hasbunnallah wani’mal wakiil, ni’mal maulaa wani’man nashiir
Cukuplah bagi kami Allah menjadi Tuhan kami, Dialah sebaik-baiknya pemimpin dan penolong (‘Aali Imraan 173 dan QS 8-Al Anfaal/ Rampasan Perang ayat 40)

Huwallaahul ladzii laa ilaaha illaa huwa ‘aalimul ghaibi wasy-syahaadati huwarrahmaanur rahiim.
Huwallaahul ladzii laa ilaaha illaa huwal malikul qudduusus salaamul mu’minul muhaiminul ‘aziizul jabbaarul mutakabbiru subhaanallaahi ‘ammaa yusyrikuun.
Huwallaahul khaaliqul baari-ul mushawwiru lahul asmaa-ul husnaa yusabbihu lahuu maa fis samaawaati wal ardhi wa huwal ‘aziizul hakiim
Dialah Tuhan yang tidak ada Tuhan selain Dia, Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dialah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Dialah Tuhan yang tidak ada Tuhan selain Dia, Penguasa, Maha Suci, Maha Sejahtera, Maha PemberiKeamanan, Maha Memelihara, Maha Perkasa, Mahakuasa, yang memiliki segala keagungan, Mahasuci Allah daripada apa yang mereka persekutukan.
Dialah Allah yang Maha Pencipta, Maha Mengadakan, Maha Pembentuk, bagiNyalah nama-nama yang baik, bertasbihlah kepadaNya apa yang ada di langit dan di bumi, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS 59-Al Hasyr/ Pengusiran-Yahudi, ayat 22-24/ tiga ayat terakhir)  - Dibaca sebelum berdoa/ pengantar sebelum berdoa.
Syahidallaahu annahuu laa illaaha illaa huwa wal malaaikatu, wa ulul ‘ilmi qaa iman bilqisthi laa ilaaha illaa huwal ‘aziizul hakiim.
Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, para malaikat dan orang-orang berilmu  (menyaksikan), berdiri dengan keadilan. Tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Aali’ Imraan 18)
Innaddiina ‘indallaahil islaam 
Sesungguhnya agama di sisi Allah (hanyalah)  Islam. (Awal ayat 19 Aali ‘Imraan)
Qulillaahumma maalikal mulki tu’til mulka man tasyaa-u, wa tanzi’ul mulka mimman tasyaa-u , wa tu’izzu man tasyaa-u, wa tudzillu man tasyaa-u , biyadikal khairi , innaka ‘alaa kulli syai-in qadiirun.
Tuulijul laila fin nahaari wa tuulijun nahaara fil laili wa tukhrijul hayya minal mayyiti wa tukhrijul mayyita minal hayyi wa tarzuqu man tasyaa-u bi ghairi hisaab.
Katakanlah,  “Ya Allah, pemilik kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada siapa yang Engkau kehendaki, Engkau tanggalkan kerajaan itu dari siapa yang Engkau kehendaki , Engkau muliakan siapa yang  Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di  tangan Engkau segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu…….
Engkau masukkan malam kepada siang, Engkau keluarkan yang hidup dari pada yang mati, Engkau keluarkan yang mati daripada yang hidup, dan Engkau memberi rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki dengan tiada terhitung” (Aali  ‘Imraan 26-27)
Ilaahii ya rabbi
Subhaanallaah 33 x Subhaanallaahil ‘aliyyil ‘azhiimi wabihamdii daa iman
Alhamdulillaah 33 x Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin ‘alaa kulli haalin wafii kulli haalin wa ni’matan
Allaahu Akbar 33 x Allaahu Akbar kabiiraw-walhamdulillaahi katsiran, wa subhaanallaahi bukrataw wa ashiila. Laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariika lahuu, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wa yumiitu wa huwa ‘alaa kulli syai-in qadiirun. Wa laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim. Astaghfirullaahal ‘azhiim
Maha Suci Allah 33 x, Segala  puji bagi Allah 33 x, Allah Maha Agung 33 x
Allah Maha Agung seagung agungnya, segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya dan Maha Suci Allah di waktu pagi dan petang. Tiada Tuhan melainkan Allah Yang Mahaesa. Tiada yang menyekutukanNya . Semua kerajaan (kekuasaan) dan pujian kepunyaanNya . Dzat yang menghidupkan dan yang mematikan . Dia Mahakuasaatas segala sesuatu. Tiada daya dan kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Luhur lagi Maha Agung. Aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Luhur




DOA UMUM SEHABIS SHALAT

Bismillaahir rahmaanir rahiim. Alhamdu lillaahi rabbil ‘aalamin. Washshalaatu wassalaamu ‘ala asyrafil anbiyaa’-i walmursaliin wa’alaa aalihi wa-ash-haabihi ajmai’n – Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puja dan puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Shalawat salam sejahtera semoga tercurahkan kepada Nabi termulia dan Rasul pilihan Muhammad SAW dan seluruh keluarga serta sahabatnya semua
ATAU:
Bismillahirrahmaanirrahiim – Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin – Segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian ala
Hamdan yuwaafii ni’amahu wayukaafii maziidah – Dengan puji yang sebanding dengan nikmat-Nya dan menjamin tambahannya
Rabbanaa lakal hamdu kamaa yambaghii lijalaaliwajhika wa ‘azhiimi sulthaanik – Ya Allah Tuhan kami bagiMu segala puji, segala apa yang patutatas
keluhuran dzatMu, dan keagungan kekuasaanMu
Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad wa’alaa aali Muhammad – Ya Allah limpahkanlah keselamatan atas Nabi Muhammad dan keluarganya.

(Hanya dibaca sesudah shalat)
Allahumma  rabbanaa taqabbal minnaa shalaatanaa wa shiyaamanaa wa qiamanaa wa rukuu’anaa wasujuudanaa waqu’uudanaa wa tadharru’anaa, wa takhasysyu’anaa wa ta’abbudanaa, wa tammim taqshiranaa – Ya Allah, ya Tuhan kami, terimalah shalat kami, puasa kami , berdiri kami,  ruku’ kami, sujud kami, duduk kami, kerendahan kami, khusyu’ kami, pengabdian kami, dan sempurnakanlah apa yang kami lakukan selama shalat.

Yaa Allah yaa rabbal ‘aalamiin - Ya Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Rabbanaa zhalamnaa anfusanaa wa illam  taghfir lanaa wa tarhamnaa lanakuunanna minal khaasiriin - Ya Allah Tuhan kami, kami telah aniaya terhadap diri kami  sendiri, karena itu ya Allah, jika tidak dengan limpahan ampunan dan rahmatMu, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi (doa Nabi Adam a.s., lihat Al A’raaf 23)


Rabbanaa walaa tahmil ‘alainaa ishran kamaa hamaltahuu ‘alal ladziina min qablinaa – Ya Allah Tuhan kami! Janganlah Engkau pikulkan atas diri kami beban yang berat, sebagaimana yang pernah Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami
Rabbanaa walaa tuhammilnaa maalaa thaaqata lanaa bihii – Ya Allah Tuhan kami! Jangan Engkau bebankan atas diri kami apa yang di luar kesanggupan kami
Wa’fu ‘annaa waghfirlanaa warhamnaa – Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan limpahkanlah rahmat terhadap diri kami.
Anta maulaanaa fanshurnaa ‘alal qaumilkaafiriin – Engkau penolong kami, maka berilah kami pertolongan untuk melawan kaum yang kafir/ musyrik/ munafik/ fasik/ zhalim (Al Baqarah 286 pertengahan sampai akhir)
(DOA SELAMAT) Allahumma inna nas-aluka salaamatan fiddiin, wa ‘aafiyatan fil jasadi, wa ziyaadatan fil ‘ilmi, wabarakatan fir rizqi, wa taubatan qablal maut, wa rahmatan indal maut, wa maghfiratam ba’dal maut. Allahumma hawwin ‘alaina fii sakaratil maut, wanajaata minan naar, wal ‘afwaa ‘indal hisab,
Yaa Allah aku mohon kepada Engkau keselamatan dalam agama, kesehatan dalam tubuh, bertambah ilmu, keberkahan dalam rizki, taubat sebelum mati, rahmat ketika mati dan ampunan sesudah mati. Yaa Allah mudahkanlah kami ketika sakratul maut, lepaskan dari api neraka dan mendapat kemaafan ketika dihisab.
Rabbana laatuzigh qulubanaa ba’da idz hadaitanaa wahab lanaa milladunka rahmah – Yaa Allah Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau.
Innaka antal wahhaab – Karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (karunia). (Aali Imraan 8)
Allahummaghfirlii  wa liwaalidayya warhamhumma kamaa rabbayaanii shagiiraa – Ya Allah ampunilah aku dan kedua orang Ibu Bapakku dan kasihanilah keduanya sebagaimana mereka mendidikku semenjak kecil (Al Qur’an surat:………….. ayat ……)
Rabbanaghfir lanaa wa liwaalidiina wali-jamii’il muslimiina wal muslimaati, wal mu’miiniina wal mu’minaati, al-ahyaa-i minhum wal amwaat, innaka ‘alaa kulli syai-in qadiir – Ya Allah Tuhan kami, ampunilah dosa kami, dosa kedua orang tua kami, dosa semua orang Islam laki-laki dan perempuan, dan dosa orang-orang beriman laki-laki dan perempuan yang hidup dan yang mati di antara mereka.Karena sesungguhnya Engkaulah dzat yang Mahakuasa atas segalanya.


(Khusus doa kaum bapak)
Rabbanaa hablanaa min azwaajinaa wa dzurriyyaatinaa qurrota a’yun waj’-alnaa lil muttaqiina imaama – Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan anak cucu kami (agar) menjadi penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa (Al Furqan 74)

Rabbanaa arinal haqqa haqqan, warzuqnat tibaa’ah, wa arrinal bathila bathilan warzuqnat tinaabah – Tuhan kami tunjukkanlah kami kebenaran dengan jelas, jadikanlah kami pengikutnya . Tunjukkanlah kami perkara batil dengan jelas dan jadikanlah kami menjauhinya

Rabbanaa aatina fiddun-yaa hasanah, wa fil aakhirati hasanataw, waqinaa ‘adzaabannaar – Ya Allah Tuhan kami, berilah kami kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat dan hindarkanlah kami dari siksaan api neraka  (Al Baqarah 201)

Allahumma a’inni ‘alaa dzikrika, wasyukrika, wahusni ibaadatik – Yaa Allah aku mohon pertolongan agar dapat mengingatMu selamanya, bersyukur kepada nikmatMu dan beribadah sebaik-baiknya kepadaMu

Allahumma rabbanaa taqabbal minnaa shalaatanaa wa du’aa anaa innaka antassami’ul aliim, watub ‘alainaa innaka antat tawwabur rahiim – Ya Allah ya Tuhan kami, terimalah dari kami shalat kami dan permohonan kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui . Dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat  dan Maha Penyayang

Allahummaghfir lanaa dzunuubanaa wakaffir ‘annaa sayyiaatinaa watawaffanaa ma’al abrar – Yaa Allah ampunilah dosa-dosa kami, hapuskanlah segala kesalahan kami, dan bila kami mati nanti, semoga kami beserta orang-orang yang banyak berbuat bakti.(pertengahan ‘Aali Imraan 193)

Subhaana Rabbika rabbil ‘izzati ‘ammaa yashifuun, wasalaamun ‘alal mursaliin, walhamdu lillaahi rabbil aalamiin –  Mahasuci Engkau Tuhan dari segala kemuliaan. Suci dari segala apa yang dikatakan oleh orang-orang kafir. Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada para Rasul dan segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam (Ash Shaaffaat 180-182/ tiga ayat terakhir)


Doa dalam Sujud Tilawah/  Sajadah:
Sajjada wajhi lillahi kholaqohuu wa syaqqo sam’ahu wa basarohu bi haulihi wa quwwatihi
Artinya:


Bersujud wajahku kepada (bagi) Dzat yang menciptakan dan membuka pendengaranNya dan pengelihatan Nya dengan daya dan kekuatanNya.





SHALAT FARDLU
o         Berdiri menghadap kiblat, niat, takbiratul ihram
o         Doa iftitah/ doa pembuka shalat
Allahu akbar kabiiraaw wal hamdulillaahi katsiraw wasubhaanallaahi bukrataw wa ashiilaa
Inii wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samaawaati wal ardha, haniifam muslimaw wamaa ana minal musyrikiin (Al An’aam 79)
Inna shalaati wanusukii wamahyaaya wamamaatii lillaahi rabbil ‘aalamiina. Laasyariika lahu wabidzaalika umirtu wa ana minal muslimin (Al An’aam  162-163)
Doa iftitah yang lain
Allahumma baa’id baini wabaina khathaayaaya kamaa baa’adta bainal masyriqi wal maghrib
Allaahumma naqqinii min khathaayaa kamaa yunaqqats tsaubul abyadhu minad danas
Allahummaghsilnii min khathaayaaya bilmaa-i watstsalji wal baradi
o         Surat/ ayat dari Al Quran
o         Ruku’ (baca doa tasbih)
Subhaana rabbiyal ‘azhiimi wabihamdih 3 x atau
Subhaanaka allaahumma rabbanaa wabihamdika allaahummghfirlii atau
Subhaanadziil jabaruuti walmalakuuti walkibri yaa’i wal’azhomah

o         I’tidal/bangkit dari ruku’ (baca doa i’tidal)
Sami’allaahu liman hamidah
Rabbanaa lakal hamdu mil-us samaawati wa mil-ul ardhi wa mil-u maasyi’ta min syai-in ba’du
o         Sujud pertama
Subhaana rabbiyal a’laa wa bihamdih 3x atau
Subhaanaka allaahumma rabbanaa wabihamdika allaahummghfirlii atau
Subhaanadziil jabaruuti walmalakuuti walkibri yaa’i wal’azhomah

o         Duduk antara dua sujud
Rabbighfirlii warhamnii wajburnii warfa’nii warzuqnii wahdinii wa’aafinii wa’fuannii
o         Sujud kedua
        Subhaana rabbiyal a’laa wa bihamdih 3x atau
Subhaanaka allaahumma rabbanaa wabihamdika allaahummghfirlii atau
Subhaanadziil jabaruuti walmalakuuti walkibri yaa’i wal’azhomah

o         Duduk tasyahud – awal
Attahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thayyibaatu lillaah
Assalaamu alaika ayyuhan Nabiyyu Warahmatullaahi wabarakaatuh
Assalamu’alainaa wa ’alaa ‘ibaadillaahish shaalihiin
Asyhadu allaa ilaaha illallaah
Wa Asyhadu anna Muhammadaar Rasuulullah
Allahumma shalli ‘alaa Muhammad
Doa tasyahud yang lain
Attahiyyatu lillaahi washalawaatu waththayyibaatu
Assalaamu alaika ayyuhan Nabiyyu Warahmatullaahi wabarakaatuh
Assalaamu’alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shaalihiin
Asyhadu allaa ilaaha illallaah
Wa Asyhadu anna Muhammadan ‘abduhuu warasuluh
Allahumma shalli ‘alaa Muhammad
o         Duduk tasyahud – akhir
(ulangi bacaan tasyahud awal lalu dilanjutkan dengan):
Wa ‘alaa aali Muhammad
Kamaa shallaita ‘alaa Ibraahiim wa’alaa aali Ibraahiim
Wa barik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad
Kamaa barakta ‘alaa Ibraahiim wa’alaa aali Ibraahiim
Fil ‘aalamiina innaka hamiidum majiid
Assalaamu’alaikum warahmatullah (sekali menghadap ke kanan, sekali menghadap ke kiri)


 Jawaban  ketika mendengar seruan Ash-shalaatu khairum minan naum (Ketika akan shalat Shubuh):
Shadaqta wa bararta wa anna ‘alaa dzaalika minasy syaahidiin ( benar dan  bagus ucapanmu itu, dan aku pun atas yang demikian termasuk orang-orang yang menyaksikan)

Doa setelah iqamah: Allahumma rabba haadzihid da’watit taammati, wash shalaatil qaa-imati shalli wasallim ‘ alaa sayyidina Muhammadin, wa aatihi su’lahu yaumal qiyaamati.

 (Amalan untuk mempermudah membayar hutang)
Aali Imraan ayat  26
Qulillaahumma maalikal mulki tu’til mulka man tasyaa-u, wa tanzi’ul mulka mimman tasyaa-u , wa tu’izzu man tasyaa-u, wa tudzillu man tasyaa-u , biyadikal khairi , innaka ‘alaa kulli syai-in qadiirun.
Katakanlah,  “Ya Allah, pemilik kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada siapa yang Engkau kehendaki, Engkau tanggalkan kerajaan itu dari siapa yang Engkau kehendaki , Engkau muliakan siapa yang  Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di  tangan Engkau segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu…….

QS 17 Al Israa’/ Banii Israa’iil ayat 80.
Baca juga ayat 81 dan 82  (Penangkal Santet dll.)
Waqurrobbi adkhilnii mudkhola shidqiiw wa akhrijnii mukhroja shidqiw waj’allii milladunka sulthaanan nashiiroo
80. Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong [866].

[866] Maksudnya: memohon kepada Allah supaya kita memasuki suatu ibadah dan selesai daripadanya dengan niat yang baik dan penuh keikhlasan serta bersih dari ria dan dari sesuatu yang merusakkan pahala. Ayat ini juga mengisyaratkan kepada Nabi supaya berhijrah dari Mekah ke Madinah. Dan ada juga yang menafsirkan: memohon kepada Allah s.w.t. supaya kita memasuki kubur dengan baik dan keluar daripadanya waktu hari-hari berbangkit dengan baik pula.




Doa untuk almarhum/ ah:
Yaa Allah  ampunilah dia, kasihanilah dia sejahterakanlah dia, maafkanlah kesalahannya,  hormatilah kedatangannya dan luaskanlah tempat diamnya, 
Yaa Allah jangan Engkau halangi pahalanya yang akan sampai kepada kami dan jangan Engkau memberi kami fitnah sepeninggalnya, ampunilah kami dan dia, hindarkanlah dia dari siksa  kubur dan adzab neraka.
Sesungguhnya Engkau Maha Penyayang dan Maha Penyantun. Aamiin.

Doa jenazah anak kecil: Yaa Allah jadikanlah ia sebagai  simpanan bagi orangtuanya, kebajikan yang didahulukan dan menjadi syafaat bagi orang tuanya. Beratkan timbangan amal orang tuanya dan beri kesabaran kepada mereka. Jangan jadikan fitnah kepada orangtuanya sepeninggalan almarhum/ah Aamiin.



Doa bagi orang tua (Ibu Bapak) dari  mereka yang sudah  berusia 40 tahun (QS 27 An Naml/ Semut – ayat 19)
Rabbi auzi’nii an asykuro ni’matakal latii an ‘amta ‘alayya wa ‘alaa waalidayya wa an a’mala shaalihan tardhaahu. Wa ashlih lii fii dzurriyyatii innii tubdu ilaika wa innii minal muslimiin.

“Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk supaya aku mensyukuri nikmatMu yang Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat mengerjakan amal shaleh yang Engkau meridhoinya, dan berilah kebaikan/ kedamaian kepadaku (juga) pada keturunanku, sesungguhnya aku taubat kepadaMu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim)

Dari Ibnu Abbas ra, katanya Rasulullah saw mengajarkan kepada mereka do’a berikut ini, seperti halnya beliau mengajarkan Al Quran. Sabda beliau:
“Bacalah, Allahumma innana’udzubika min ‘adzabi jahannam, wa a’udzubika min ‘adzabil qabri, wa ‘audzubika min fitnatil mahya wal mamati”
(Ya Allah kami berlindung kepada-Mu dari siksa neraka , dari siksa kubur, dari bencana kejahatan dajjal dan dari bencana hidup dan mati) – HR Muslim

QS 46: 15 Surat Al Ahqaaf –
Wa washshainal insaana bi waalidaihi ihsaanan hamalat-hu ummuhuu kurhaw wa wadh’at-hu kurhaw wa hamluhuu wa fishaaluhuu tsalaatsuuna syahran hatta idzaa balagha asyuddahuu wa balagha arba’iinasanatan qaala ………………..

Perintah Shalat Fardlu (An Nisaa – QS 4:103) 
fa-idzaa qadhaytumush shalaata fadzkuruullaaha qiyaamaw waqu'uudan wa'alaa junuubikum fa-idzaa ithma'nantum fa-aqiimuush shalaata innash shalaata kaanat 'alaa mu/miniina kitaabam mawquutaa.
103. Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.

Shalat Jenazah
Dilakukan dengan tetap pada posisi berdiri – 4 kali takbir
Kepala  mayat diletakkan  di arah kiblat orang yang menshalatkan kecuali shalat ghaib

Berdiri, niat lalu takbir pertama dilanjutkan dengan membaca Surat Al Fatihah
Setelah itu takbir kedua diikuti dengan membaca shalawat, minimal: Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad
Setelah takbir ketiga dibaca doa (minimal)
a.        Mayat laki-laki dewasa: Allaahummaghfir lahuu
        warhamhuu wa’ aafihii wa’ fuanhuu
b.        Mayat wanita dewasa: sama dengan di atas hanya
        lafal huu diganti haa
c.        Mayat anak-anak: Allaahummaj’alhu farathan li-
       abawaihi wasalafan wadzukhran wa’izhatan
       wa’tibaaran wasyafii’an watsaqqil bihii
       mawaaziinahummaa wafrighishshabra ‘alaa
       quluubihimaa walaa taftinhumaa ba’dahu walaa
       tahrimnaa ajrahu
Setelah takbir keempat (terakhir) dibacakan doa (minimal)Allaahumma laa tahrimnaa ajrahuu wa laa taftinaa ba’dahu waghfirlanaa wa lahu

Bacaan lebih lengkap setelah takbir ke tiga dan keempat:


Doa Untuk Jenazah takbir ke 3 Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW :Bila kalian menyalati jenazah, maka murnikanlah doa untuknya. (HR. Abu Daud : 3199 dan Ibnu Majah : 1947).
Diantara lafaznya yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW antara lain :
Allahummaghfir lahu warhamhu, wa’aafihi wa’fu ‘anhu, wa akrim nuzulahu, wa wassi’ madkhalahu, waghsilhu bil-ma’i watstsalji wal-baradi.
Ada juga artikel lain yg menuliskan:
Allahummaghfir lahu warhamhu, wa’aafihi wa’fu ‘anhu.
 Doa Setelah Takbir Keempat Misalnya doa yang berbunyi :
Allahumma Laa Tahrimna Ajrahu wa laa taftinnaa ba’dahu waghfirlana wa lahu

Bacaan Dalam Shalat Jenazah

Dari Thalhah bin Abdillah bin ‘Auf rahimahullah dia berkata:
صَلَّيْتُ خَلْفَ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَلَى جَنَازَةٍ فَقَرَأَ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ قَالَ لِيَعْلَمُوا أَنَّهَا سُنَّةٌ
“Aku shalat di belakang Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma pada suatu jenazah, lalu ia membaca surat Al Fatihah. Lalu beliau berkata, “Agar orang-orang tahu bahwa itu (membaca Al-Fatihah dalam shalat jenazah) adalah sunah.” (HR. Al-Bukhari no. 1335)
Auf bin Malik radhiallahu anhu berkata:
صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى جَنَازَةٍ فَحَفِظْتُ مِنْ دُعَائِهِ وَهُوَ يَقُولُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ مِنْ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ أَوْ مِنْ عَذَابِ النَّارِ قَالَ حَتَّى تَمَنَّيْتُ أَنْ أَكُونَ أَنَا ذَلِكَ الْمَيِّتَ
“Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menshalatkan jenazah, dan saya hafal do’a yang beliau ucapkan: “ALLAHUMMAGHFIR LAHU, WARHAMHU, WA ‘AAFIHI, WA’FU ‘ANHU. WA AKRIM NUZULAHU, WA WASSI’ MUDKHALAHU. WAGHSILHU BILMAA`I WATS TSALJI WAL BARADI, WA NAQQIHI MINAL KHATHAAYAA KAMAA NAQQAITATS TSAUBAL ABYADHA MINAD DANASI. WA ABDILHU DAARAN KHAIRAN MIN DAARIHI, WA AHLAN KHAIRAN MIN AHLIHI, WA ZAUJAN KHAIRAN MIN ZAUJIHI. WA ADKHILHUL JANNATA, WA A’IDZHU MIN ‘ADZAABIL QABRI, AU MIN ‘ADZAABIN NAAR. (Ya Allah, ampunilah dosa-dosanya, kasihanilah ia, lindungilah ia, dan maafkanlah ia. Muliakanlah tempat kembalinya, lapangkan kuburnya. Bersihkanlah ia dengan air, salju, dan air yang sejuk, dan bersihkanlah ia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau telah membersihkan pakaian putih dari kotoran. Gantilah rumahnya -di dunia- dengan rumah yang lebih baik -di akhirat- serta gantilah keluarganya -di dunia- dengan keluarga yang lebih baik, dan istri di dunia dengan istri yang lebih baik. Masukkanlah ia ke dalam surga-Mu dan lindungilah ia dari siksa kubur atau siksa api neraka).” Hingga saya (Auf) berangan-angan seandainya saya saja yang menjadi mayit itu.” (HR. Muslim no. 963)

Penjelasan ringkas:
Sudah diterangkan pada dua artikel sebelumnya dalam ‘Kaifiat Shalat Jenazah’ bahwa shalat jenazah terdiri dari 4 kali takbir. Adapun perinciannya, maka disebutkan dalam hadits Abu Umamah Sahl bin Hunaif radhiallahu anhu dimana beliau berkata:
السنة في الصلاة على الجنازة أن يكبر ثم يقرأ بأم القرآن ثم يصلي على النبي صلى الله عليه وسلم ثم يخلص الدعاء للميت ولا يقرأ إلا في الأولى
“Yang menjadi sunnah dalam shalat jenazah adalah bertakbir (yang pertama) lalu membaca Al-Fatihah, kemudian (pada takbir kedua) bershalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam, kemudian (pada takbir ketiga) mendoakan jenazah. Tidak boleh membaca Al-Qur`an kecuali pada takbir yang pertama.” (HR. Al-Hakim: 1/360, Al-Baihaqi: 4/39, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Ahkam Al-Jana`iz hal. 121)
Sementara pada takbir yang keempat tidak disyariatkan untuk membaca apa-apa karena tidak adanya dalil yang shahih dalam permasalahan. Jadi, setelah takbir yang keempat langsung salam.
Maka hadits Abu Umamah di atas merinci dua hadits (hadits Ibnu Abbas dan Anas) yang kami bawakan di atas. Yaitu bahwa Al-Fatihah dibaca pada takbir pertama dan doa kepada jenazah dibaca pada takbir yang ketiga. Adapun lafazh shalawat pada takbir yang kedua, maka disyariatkan untuk membaca shalawat yang biasa dibaca di dalam shalat. Wallahu a’lam.

Salat jenazah tidak dilakukan dengan ruku', [sujud] maupun iqamah, melainkan dalam posisi berdiri sejak takbiratul ihram hingga salam. Berikut adalah urutannya:
  1. Berniat, niat salat ini, sebagaimana juga salat-salat yang lain cukup diucapkan di dalam hati dan tidak perlu dilafalkan, tidak terdapat riwayat yang menyatakan keharusan untuk melafalkan niat. [1][2]Niat salat jenazah
> Untuk jenazah laki-laki : " Ushalli 'alaa haadzal mayyiti arba 'a takbiiraatin fardhal kifaayati ma'muumam/imaaman lillahi ta'aalaa, Allahu akbar "
> Untuk jenazah perempuan : " Ushalli 'alaa haadzihil mayyiti arba 'a takbiiraatiin fardhal kifaayati ma'muuman/imaaman lillahi ta 'aalaa, Allaahu akbar "
  1. Takbiratul Ihram pertama kemudian membaca surat Al Fatihah
  2. Takbiratul Ihram kedua kemudian membaca shalawat atas Rasulullah SAW minimal :"Allahumma Shalli 'alaa Muhammadin" artinya : "Yaa Allah berilah salawat atas nabi Muhammad"
  3. Takbiratul Ihram ketiga kemudian membaca do'a untuk jenazah minimal:"Allahhummaghfir lahu warhamhu wa'aafihi wa'fu anhu" yang artinya : "Yaa Allah ampunilah dia, berilah rahmat, kesejahteraan dan ma'afkanlah dia".Apabila jenazah yang disalati itu perempuan, maka bacaan Lahuu diganti dengan Lahaa. Jadi untuk jenazah wanita bacaannya menjadi: "Allahhummaghfir laha warhamha wa'aafiha wa'fu anha". Jika mayatnya banyak maka bacaan Lahuu diganti dengan Lahum. Jadi untuk jenazah banyak bacaannya menjadi: "Allahhummaghfir lahum warhamhum wa'aafihim wa'fu anhum"
  4. Takbir keempat kemudian membaca do'a minimal:"Allahumma laa tahrimnaa ajrahu walaa taftinna ba'dahu waghfirlanaa walahu."yang artinya : "Yaa Allah, janganlah kiranya pahalanya tidak sampai kepadanya atau janganlah Engkau meluputkan kami akan pahalanya, dan janganlah Engkau memberi kami fitnah sepeninggalnya, serta ampunilah kami dan dia." Jika jenazahnya adalah wanita, bacaannya menjadi: "Allahumma laa tahrimnaa ajraha walaa taftinna ba'daha waghfirlanaa walaha."
  5. Mengucapkan salam *

Salat Ghaib

Bila terdapat keluarga atau muslim lain yang meninggal di tempat yang jauh sehingga jenazahnya tidak bisa dihadirkan maka dapat dilakukan salat ghaib atas jenazah tersebut. Pelaksanaannya serupa dengan salat jenazah, perbedaan hanya pada niat salatnya.
Niat salat ghaib :"Ushalli 'alaa mayyiti (Fulanin) al ghaaibi arba'a takbiraatin fardlal kifaayati lillahi ta'alaa" Artinya : "aku niat salat gaib atas mayat (fulanin) empat takbir fardu kifayah sebagai (makmum/imam) karena Allah""
kata fulanin diganti dengan nama mayat yang disalati.

Ringkasan Cara Pelaksanaan Jenazah [Shalat Jenazah, Menguburkan Mayyit]

Rabu, 17 Maret 2004 07:15:43 WIB

RINGKASAN CARA PELAKSANAAN JENAZAH


Oleh
Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid
Bagian Ketiga dari Lima Tulisan [3/5]



[Tulisan ini hanya ringkasan dan tidak memuat dalil-dalil semua permasalahan secara terperinci. Maka barangsiapa di antara pembaca yang ingin mengetahui dalil-dalil setiap pembahasan dipersilahkan membaca kitab aslinya "Ahkamul Janaaiz wa Bid'ihaa" karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah]


XII SHALAT JENAZAH

[1] Menshalati mayat muslim hukumnya fardhu kifayah

[2] Yang tidak wajib hukumnya dishalati (tapi boleh) : 

a. Anak yang belum baligh [Boleh dishalati meskipun lahir karena keguguran, yaitu yang gugur dari kandungan ibunya sebelum sempurna umur kandungan. Ini jika umurnya dalam kandungan ibunya sampai empat bulan. Jika gugur sebelum empat bulan maka ia tidak dishalati].
b. Orang yang mati syahid

[3] Disyariatkan menshalati :

a. Orang yang meninggal karena dibunuh dalam pelaksaanaan huhud hukum Allah 
b. Orang yang berbuat dosa dan melakukan hal-hal yang haram. Orang ahlul ilmi dan ahlul diin tidak menshalati supaya menjadi pelajaran bagi orang-orang yang seperti itu 
c. Orang yang berutang yang tidak meninggalkan harta yang bisa menutupi utang-utangnya, maka orang yang seperti ini dihsalati 
d. Orang yang dikuburkan sebelum dishalati (atau sebagian orang sudah menshalati sementara yang lainnya belum menshalati) maka mereka boleh menshalati di kuburnya. 
e. Orang yang mati di suatu tempat dimana tidak ada seorangpun yang menshalati di sana, maka sekelompok kaum muslimin menshalatinya dengan shalat gaib. [Karena tidak semua yang meninggal dishalati dengan shalat gaib]

[4] Diharamkan menshalati, memohonkan ampunan dan rahmat untuk orang-orang kafir dan orang-orang munafik [mereka bisa diketahui dari sikap mereka memperolok-olokkan serta memusuhi hukum dan syari'at Islam, dengan ciri-ciri yang lain].

[5] Berjamaah dalam shalat jenazah hukumnya wajib, seperti halnya dengan shalat-shalat wajib yang lainnya. Jika merek shalat jenazah satu persatu/sendiri-sendiri maka kewajiban shalat jenazah sudah terpenuhi, tetapi mereka berdosa karena meninggalkan jama'ah, wallahu 'alam.

[6] Jumlah minimal jemaah yang tersebutkan dalam pelaksanaan shalat jenazah adalah tiga orang.

[7] Lebih banyak jumlah jamaah lebih afdhal bagi mayyit.

[8] Disukai membuat shaf/baris di belakang imam tiga shaf ke atas.

[9] Jika yang shalat dengan imam hanya satu orang, maka orang itu tidak berdiri pas di samping imam sejajar seperti halnya dalam shalat-shalat lain, tapi ia berdiri di belakang imam. [Dari sini anda mengetahui kesalahan banyak orang bahkan orang-orang terpelajar yaitu dalam shalat-shalat biasa lainnya jika hanya berdua maka yang ma'mum mundur sedikit dari posisi yang sejajar imam].

[10] Pemimpin umat atau wakilnya lebih berhak menjadi imam dalam shalat, jika keduanya tidak ada maka yang lebih pantas mengimami adalah yang lebih baik bacaan/hafalan Qur'an-nya, kemudian yang selanjutnya tersebutkan dalam sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

[11] Jika kebetulkan banyak sekali jenazah terdiri dari jenazah laki-laki dan jenazah wanita, maka mereka dishalati sekali shalat. Jenazah laki-laki (meskipun masih anak-anak) diletakkan lebih dekat dengan imam, sedangkan jenazah wanita di arah kiblat.

[12] Boleh juga dishalati satu persatu, karena ini adalah hukum asalnya.

[13] Lebih afdhal jika shalat jenazah di luar masjid, yaitu di suatu tempat yang disiapkan untuk shalat jenazah, dan boleh juga di masjid karena semuanya ini pernah diamalkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

[14] Tidak boleh shalat jenazah di antara [pekuburan [Bagi yang mencermati baik-baik, hal ini tidak bertentangan dengan yang disebutkan di Bagian XII No.3 bagian (d)]

[15] Imam berdiri di posisi kepala mayat laki-laki dan di posisi pertengahan mayat wanita.

[16] Bertakbir 4 kali inilah yang paling kuat atau 5 sampai 9 kali, semua ini sah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Lebih utama jika diragamkan, kadang-kadang mengamalkan yang satu dan kadang-kadang mengamalkan yang lain.

[17] Disyariatkan mengangkat kedua tangan pada takbir yang pertama saja.

[18] Lalu meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri lalu menempelkan di dada.

[19] Setelah takbir yang pertama membaca surah Al-Fatihah dan satu surah. [Disini tidak ada penjelasan yang menyebutkan adanya do'a istiftaah]

[20] Bacaan dalam shalat jenazah sifatnya sir [pelan].

[21] Lalu takbir yang kedua kemudian membaca shalawat kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

[22] Lalu bertakbir untuk takbir selanjutnya, dan mengikhlaskan doa untuk mayyit.

[23] Berdoa dengan doa yang sah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, seperti : "Alahumma 'abduka wabna amatika ahyaaja ilaa rahmatika wa anta ghaniyyi an 'adzabihi in kana muhsinan farid fii hasanaatihi, saayyian fatajawaja 'an sayyiatihi" Artinya : "Ya Allah, ini adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu, ia memerlukan rahmat-Mu, Engkau berkuasa untuk tidak menyiksanya, jika ia baik maka tambahlah kebaikannya, jika ia jahat maka maafkanlah kejahatannya"

[24] Berdoa antara takbir yang terakhir dengan salam disyariatkan.

[25] Kemudian salam dua kali seperti halnya pada shalat wajib yang lain, yang pertama ke kanan dan yang kedua ke kiri, boleh juga salam hanya satu kali, karena kedua cara ini tersebutkan dalam sunnah.

[26] Menurut sunnah salam pada shalat jenazah dengan cara sir (pelan), bagi imam dan orang-orang yang ikut di belalakangnya.

[27] Tidak boleh shalat pada waktu-waktu terlarang, kecuali karena darurat. [waktu-waktu terlarang ; saat terbitnya matahari, tatkala matahari pas dipertengahan dan tatkala terbenam]

XIII MENGUBURKAN MAYYIT

[1] Wajib menguburkan mayyit, meskipun kafir.

[2] Tidak boleh menguburkan seorang muslim dengan seorang kafir, begitu pula sebaliknya, harus dipekuburan masing-masing.

[3] Menurut sunnah Rasul, menguburkan di tempat penguburan, kecuali orang-orang yang mati syahid mereka dikuburkan di lokasi mereka gugur tidak dipindahkan ke penguburan. [Hal ini memuat bantahan terhadap sebagian orang yang mewasiatkan supaya dikuburkan di masjid atau di makam khusus atau di tempat lainnya yang sebenarnya tidak boleh di dalam syariat Allah Subhanahu wa Ta'ala]

[4] Tidak boleh menguburkan pada waktu-waktu terlarang [Lihat Bagian XII No 27] atau pada waktu malam, kecuali karena dalam keadaan darurat, meskipun dengan cara memakai lampu dan turun di lubang kubur untuk memudahkan pelaksanaan penguburan.

[5] Wajib memperdalam lubang kubur, memperluas serta memperbaiki.

[6] Penataan kubur tempat mayat ada dua cara yang dibolehkan :

[a] Lahad : yaitu melubangi liang kubur ke arah kiblat (ini yang afdhal).

[b] Syaq : Melubangi ke bawah di pertengahan liang kubur.

[7] Dalam kondisi darurat boleh menguburkan dalam satu lubang dua mayat atau lebih, dan yang lebih didahulukan adalah yang lebih afdhal di antara mereka.

[8] Yang menurunkan mayat adalah kaum laki-laki (mekipun mayatnya perempuan).

[9] Para wali-wali si mayyit lebih berhak menurunkannya.

[10] Boleh seorang suami mengerjakan sendiri penguburan istrinya.

[11] Dipersyaratkan bagi yang menguburkan wanita ; yang semalam itu tidak menyetubuhi isterinya.

[12] Menurut sunnah : memasukkan mayat dari arah belakang liang kubur.

[13] Meletakkan mayat di atas sebelah kanannya, wajahnya menghadap kiblat, kepala dan kedua kakinya melentang ke kanan dan kekiri kiblat.

[14] Orang yang meletakkan mayat di kubur membaca : "bismillahi wa'alaa sunnati rasuulillahi shallallahu 'alaihi wa sallama" -Artinya : '(Aku meletakkannya) dengan nama Allah dan menurut sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam" atau : "bismillahi wa 'alaa millati rasulillahi shallallahu 'alaihi wa sallama" - Artinya : "(Aku meletakkan) dengan nama Allah dan menurut millah (agama) Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam".

[15] Setelah menimbun kubur disunnahkan hal-hal berikut : 

a. Meninggikan kubur sekitar sejengkal dari permukaan tanah, tida diratakan, supaya dapat dikenal dan dipelihara serta tidak dihinakan.
b. Meninggikan hanya dengan batas yang tersebut tadi.
c. Memberi tanda dengan batu atau selain batu supaya dikenali.
d. Berdiri di kubur sambil mendoakan dan memerintahkan kepada yang hadir supaya mendoakan dan memohonkan ampunan juga. (Inilah yang tersebutkan di dalam sunnah Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam, adapun talqin yang banyak dilakukan oleh orang-orang awam pada zaman ini maka hal itu tidak ada dalil landasannya di dalam sunnah).

[16] Boleh duduk saat pemakaman dengan maksud memberi peringatan orang-orang yang hadir akan kematian serta alam setelah kematian. [Hadits Al-Barra bin 'Aazib]

[17] Menggali kuburan sebagai persiapan sebelum mati, yang dilakukan oleh sebagian orang adalah perbuatan yang tidak dianjurkan dalam syari'at, karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah melakukan hal itu, para sahabat beliaupun tidak melakukannya. Seorang hamba tidak mengetahui di mana ia akan mati. Jika ia melakukan hal itu dengan dalih supaya bersiap-siap mati atau untuk mengingat kematian maka itu dapat dilakukan dengan cara memperbanyak amalan shaleh, berziarah ke kubur, bukan dengan cara melakukan hal-hal yang hanya dibikin-bikin oleh orang

[Disalin dari kitab Muhtasar Kitab Ahkaamul Janaaiz wa Bid'auha, karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albany, diringkas oleh Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid dan diterjemahkan oleh Muhammad Dahri Komaruddin]

CARA SHOLAT JENAZAH
Shalat jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan umat Muslim jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia.
Hukum melakukan shalat jenazah ini adalah fardhu kifayah. Adapun syarat-syarat shalat jenazah adalah sebagai berikut:
Shalat jenazah sama halnya dengan shalat yang lain, yaitu harus menutup aurat, suci dari hadats besar dan kecil, suci badan, pakaian dan tempatnya serta menghadap kiblat.
Mayit sudah dimandikan dan dikafani.
Letak mayit sebelah kiblat orang yang menyalatinya, kecuali kalau shalat dilakukan di atas kubur atau shalat gaib.
A. Rukun dan Cara Mengerjakan Shalat Jenazah
Shalat jenazah tidak disertai dengan rukuk dan sujud tidak dengan adzan dan iqmat. Setelah berdiri sebagaimana mestinya, maka:
1. Niat melakukan shalat mayit dengan 4 kali takbir.
Niatnya: (untuk mayit laki-laki)
Ushallii alaa hadzal mayyiti arba’a takbiiraatin fardhal kifaayati ma’muuman lillaahi ta’alaa.
Artinya: 
Aku niat shalat atas mayit ini empat takbir fardhu kifayah karena Allah.
Niat (untuk mayit perempuan)
Ushallii alaa haadzihil mayyiti arba’a takbiiraatin fardhal kifaayati ma’muuman lillaahi ta’aalaa.
2. Takbir Pertama
Setelah takbiratul ihram, yakni setelah mengucapkan “Allahu akbar” sambil meletakan tangan kanan di atas tangan kiri di atas perut (sidakep), kemudian membaca Al-Fatihah, setelah membaca Al-Fatihah lalu takbir “Allahu akbar”
3. Setelah takbir kedua, lalu membaca shalawat:
Allahumma shalli ‘alaa Muhammad
Artinya:
“Ya Allah, berilah shalawat atas Nabi Muhammad”
Lebih sempurna lagi jika membaca shalawat sebagai berikut:
Allahumma shalli ‘alaa Muhammadin wa’alaa aali Muhammadin. Kamaa shallaita ‘alaa Ibrahim wa ‘allaa aali Ibrahim. Wa baarik ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa aalii Muhammad. Kamaa baarakta ‘alaa Ibrahim wa ‘alaa aali Ibrahim fil-‘aalamiina innaka hamiidummajid.
Artinya:
“Ya Allah, berilah shalawat atas Nabi Muhammad dan atas keluarganya, sebagaimana Tuhan pernah memberi rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan limpahkanlah berkah atas Nabi Muhammad dan para keluarganya, sebagaimana Tuhan pernah memberikan berkah kepada Nabi Ibrahim dan para keluarganya. DI seluruh ala mini Tuhanlah yang terpuji Yang Maha Mulia.”
4. Setelah takbir yang ketiga, kemudian membaca doa:
Allahummaghfir lahuu warhamhu wa’aafihii wa’fu’anhu.
Artinya:
“Ya Allah, ampunilah dia, berilah rahmat dab sejahtera, maafkanlah dia.”
Lebih sempurna lagi jika membaca doa:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ

وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ

مِنْ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ الدَّنَسِ

 وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ

 وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ

 وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ أَوْ مِنْ عَذَابِ النَّار

Allahummaghfir lahu (lahaa) warhamhu (haa) wa’aafihii (haa) wa’fu ‘anhu (haa) wa akrim nuzulahu (haa) wawassa’madkhalahu (haa) waghsilhu (haa) bil-maa’i watstsalji wal-baradi wanaqqihi (haa) minal-khathaayaa kamaa yu-naqqatats-tsaubul-abyadhu minad-danasi waabdilhu (haa) daaran khairan min daarihi (haa) wa ahlan khairan min ahlihi (haa) wa zaujan khairan min zaujihi (haa) wa adkhilhul jannata wa a’iduhu min ‘adabil qabri wa ‘adabin nar
Artinya:
“Ya Allah, ampunilah dia, dan kasihanilah dia, sejahterakan ia dan ampunilah dosa dan kesalahannya, hormatilah kedatangannya, dan luaskanlah tempat tinggalnya, bersihkanlah ia dengan air, salju dan embun. Bersihkanlah ia dari segala dosa sebagaimana kain putih yang bersih dari segala kotoran, dan gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya yang dahulu, dan gantikanlah baginya ahli keluarga yang lebih baik daripada ahli keluarganya yang dahulu, dan peliharalah ia dari siksa kubur dan azab api neraka.”
(HR. Muslim)
Keterangan:
Jika mayit perempuan kata lahu menjadi lahaa.
Jika mayit anak-anak doanya adalah:

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ فَرَطًَا لِاَبَوَيْهِ وَسَلَفًا وَذُخْرًا

وَعِظَةً وَاعْتِبَارًا وَشَفِيْعًا وَ ثَقِّلْ بِهِ مَوَازِيْنَهُمَا

وَاَفْرِغِ الصَّبْرَعَلىٰ قُلُوْبِهِمَا وَلاَ تَفْتِنْهُمَا بَعْدَهُ

وَلاَ تَحْرِ مْهُمَا اَجْرَهُ

Allahummaj’alhu faratan li abawaihi wa salafan wa dzukhro
wa’idhotaw  wa’tibaaraw wa syafii’an wa tsaqqil bihii mawaa ziinahuma
wa-afri-ghish-shabra ‘alaa quluu bihimaa wa laa taf-tin-humaa ba’dahu
wa laa tahrim humaa ajrahu
Artinya:
“Ya Allah, jadikanlah ia sebagai simpanan pendahuluan bagi ayah bundanya dan sebagai titipan, kebajikan yang didahulukan, dan menjadi pengajaran ibarat serta syafa’at bagi orangtuanya. Dan beratkanlah timbangan ibu-bapaknya karenanya, serta berilah kesabaran dalam hati kedua ibu bapaknya. Dan janganlah menjadikan fitnah bagi ayah  bundanya sepeninggalnya, dan janganlah Tuhan menghalangi pahala kepada dua orang tuanya.”
5. Selesai takbir keempat, lalu membaca:

اَللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْناَ أَجْرَهُ وَلاَ تَفْتِنَا بَعْدَهُ وَاغْفِرْ لَناَ وَلَهُ

Allahumma laa tahrimnaa ajrahu wa laa taftinnaa ba’dahu waghfir lanaa wa lahu.
Artinya:
“Ya Allah, janganlah kiranya pahalanya tidak sampai kepada kami (janganlah Engkau meluputkan kami akan pahalanya), dan janganlah Engkau member kami fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia.”
6. Kemudian setelah salam membaca:
As-sallamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakaatuh.
Artinya:
“Keselamatan dan rahmat Allah semoga tetap pada kamu sekalian.”
B. Keutamaan dilakukannya Shalat Jenazah
Rasulullah saw. bersabda:
“Barang siapa menghadiri jenazah sampai jenazah itu disalati, maka ia mendapatkan satu qirath. Dan barang siapa menghadirinya sampai jenazah itu dikuburkan, maka ia mendapatkan dua qirath. Ada yang bertanya: Apakah dua qirath itu? Rasulullah saw. bersabda: Sama dengan dua gunung yang besar.” (HR Abu Hurairah)
Bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Barang siapa menyalati jenazah, maka ia mendapatkan satu qirath. Jika ia menghadiri penguburannya, maka ia mendapatkan dua qirath. Satu qirath sama dengan gunung Uhud.” (HR Tsauban)
NB: untuk menambah pemahaman tentang sholat jenazah saya link kan dengan video di youtube cara sholat jenazah untuk laki laki dan untuk perempuan agar suara tidak bercampur silahkan di “PAUSE” live musik di sidebar sebelah kanan anda.
mudah mudahan bermanfaat

..........................................

QS 101: Al Qaari’ah ( Peristiwa Besar)
11 ayat
1. Alqaari’ah
2. Mal qaari’ah
3. Wa maa adraaka mal qaari’ah
4. Yauma yakuunun naasu kal faraasyil mabtsuuts
5. Wa takuunul jibaalu kal’ihnil manfuusy
6. Fa ammaa man tsaqulat mawaaziinuh
7. Fa huwa fii’iisyatir raadhiyah
8. Wa ammaa man khaffat mawaaziinuh
9. Fa ummuhuu haawiyah
10. Wa maa adraaka maa hiyah
11. Naarun haamiyah



Perintah Haji (2:196-197
Boleh berdagang di musim haji (2:198)

Al Qur’an diturunkan untuk seluruh manusia (3:138)

Bersumpah dengan nama Allah untuk maksud tidak baik tidak boleh (2:224)

Perintah Qurban (Al Kautsar – QS 108: 2; Al Hajj – S 22: 36-37


Perubahan arah kiblat dari M. Aqsha ke M. Haram/ Ka’bah (2:144)

Perintah Qurban (Al Kautsar – QS 108: 2; Al Hajj – S 22: 36-37


Perubahan arah kiblat dari M. Aqsha ke M. Haram/ Ka’bah (2:144)


QS 84: Al Insyiqaaq (25 ayat)
1.        Idzas samaa-un syaqqat
2.        Wa adzinat li rabbihaa wa huqqat
3.        Wa idzal ardhu muddat
4.        Wa alqat maa fiihaa wa takhallat
5.        Wa adzinat li rabbinaa wa huqqat
6.        Yaa ayyuhal insaanu innaka kaadihun ilaa rabbika kad-han fa mulaaqiih
7.        Fa ammaa man uutiya kitaabahuu bi yamiinih
8.        Fa saufa yuhaasabu hisaabay yasiiraa
9.        Way an qalibu ilaa ahlihii masruuraa
10.      Wa amma man uutiya kitaabahuu waraa-a zhahrih
11.      Fa saufa yad’uu tsubuuraa
12.      Wa yashlaa sa’iiraaa
13.      Innahuu kaana fii ahlihii masruuraa
14.      Innahuu zhanna al lay yahuur
15.      Balaa inna rabbahuu kaana bihii bashiiraa
16.      Falaa uqsimu bisy syafaq
17.      Wal laili wa maa wasaq
18.      Wal qamari idzat tasaq
19.      La tarkabuuna thabaqan ‘an thabaq
20.      Fa maa lahum laa yu’minuun
21.      Wa idzaa quri-a ‘alaihimulqur-aanu laa yasjuduun
22.      Balil ladziina kafaruu yukadzdzibuun
23.      Wallaahu a’lamu bi maa yuu’uun
24.      Fa basysyirhum bi ‘adzaabin aliim
25.      Illal ladziina aamanuu wa ‘amilush shaalihaatilahum ajrun ghairu mamnuun




QS 85: Al Buruuj (22 ayat)
1.        Was samaa-i dzaatil buruuj
2.        Wal yaumil mau’uud
3.        Wa syaahidiw wa masyhuud
4.        Qutila ash-haabul ukhduud
5.        Annari dzaatil waquud
6.        Idz hum ‘alaihaa qu’uud
7.        Wa hum ‘alaa maa yaf’aluuna bil mu’miniina syuhuud
8.        Wa maa naqamuu minhum illaa ay yu’minuu billaahil ‘aziizil hamid
9.        Alladzii lahuu mulkus samaawaati wal ardhi wallaahu ‘alaa kulli syai-in syahid
10.      Innal ladziina fatanul mu’miniina  wal mu’minaati tsumma lam yatuubuu falahum ‘adzaabu jahannama wa lahum ‘adzaabul hariiq
11.      Innal ladziina aamanuu wa ‘amilushshalihaati lahum jannaatun tajrii min tahtihhal anhaaru dzalikal fauzul kabiir
12.      Inna bathsya rabbika la syadiid
13.      Inahuu huwa yubdi-u wa yu’iid
14.      Wa huwal ghafuurul waduud
15.      Dzul ‘arsyil majiid
16.      Fa’ ‘aalul li maa yuriid
17.      Hal ataaka hadiitsul junuud
18.      Fir’auna wa Tsamuud
19.      Balil  ladziina kafaruu fii takdziib
20.      Wallaahu miw waraa-ihim muhiith
21.      Bal huwa quraanum majiid
22.      Fii lauhim mahfuudz

QS 86 Ath Thaariq (17 ayat)
1.        Was samaa-i wath thaariq
2.        Wa maa adraaka math thaariq
3.        Annajmutstsaaqib
4.        In kullu nafsil lammaa ‘alaihaa haafizh
5.        Fal yanzhuril insaanu mimma khuliq
6.        Khuliqa mim maa in daafiq
7.        Yakhruju mim bainish shulbi wat taraa-ib
8.        Innahuu ‘alaa raj’ihii la qaadir
9.        Yauma tublas saraa-ir
10.      Fa maa lahuu min quwwatiw wa laanaashir
11.      Was samaa-i dzaatir raj’i
12.      Wal ardhdzaatish shad’i
13.      Innahuu laa qaulun fashl
14.      Wa maa huwa bil hazl
15.      Innahum yakiiduuna kaidaa
16.      Wa akiidu kaidaa
17.      Fa mahhilil kaafiriina amhilhum ruwaidaa

QS 100: Al ‘Aadiyaat (Yang Berlari) – 11 ayat
1.        Wal ‘aadiyaati dhab-haa
2.        Fal muuriyaati qad-haa
3.        Fal mughiiraati shub-haa
4.        Fa atsarna bihii naq’aa
5.        Fa washatna bihii jam’aa
6.        Innal insaana li rabbihii la kanuud
7.        Wa innahuu ‘alaa dzaalika la syahiid
8.        Wa innahuu li hubbil khairi la syadiid
9.        Afalaa ya’lamu idzaa bu’tsira maa fil qubuur
10.      Wa hushshila maa fish shuduur
11.    Inna rabbahum bihim yauma-idzil la khabiir


QS 88 Al Ghaasyiyah (26 ayat)
1.        Hal ataaka hadiitsul ghaasiyah
2.        Wujuuhuy yauma-idzin khaasyi’ah
3.        ‘Aamilatun naashibah
4.        Tashlaa naaran haamiyah
5.        Tusqaa min ‘ainin aaniyah
6.        Laisa lahum tha’aamun illa min dharii’
7.        Laa yusminu wa laa yughnii min juu’
8.        Wujuuhuy yauma-idzin naa’imah
9.        Li sa’yihaa raadhiyah
10.      Fii jannatin ‘aaliyah
11.      Laa tasma’u fiihaa laaghiyah
12.      Fiihaa ‘ainun jaariyah
13.      Fiihaa sururuum marfuu’ah
14.      Wa akwaabum maudhuu’ah
15.      Wa namaariqu mashfuufah
16.      Wa zaraabiyyu mabtsuutsah
17.      Afalaa yanzhuruuna ilal ibili kaifa khuliqat
18.      Wa ilas samaa-i  kaifa rufi’at
19.      Wa ilal jibaali kaifa nushibat
20.      Wa ilal ardhi kaifa suthihat
21.      Fa dzakkir innamaa anta mudzakiir
22.      Lasta ‘alaihim bi mushaithir
23.      Illaa man  tawallaa wa kafar
24.      Fa yu’adzdzibuhullaahul ‘adzaabal akbar
25.      Inna ilainaa iyaabahum
26.      Tsumma inna ‘alainaa hisaabahum


QS 59: 18-24 Al Hasyr
18:Yaa ayyuhal ladziina aamanut taqullaaha wal tanzhur nafsum maa qaddamat li ghadin wat taqullaaha innallaaha khabiirum bi maa ta’maluun.
19:Wa laa takuunuu kal ladziina nasullaaha fa ansaahum anfusahum ulaa-ika humul faasiquun.
20: Laa yastawii ash-haabun naari wa ash haabul jannati ash-habul jannati humul faa izuun.
21: Lau anzalnaahaadzal qur-aana ‘alaa jabalil la ra-aitahuu khaasyi’am mutashaddi’ammin khasyyatillaahi wa tilkal amtsaalu nadhribuhaa lin naasi la’allahum yatafakkaruun.
22: Huwallahul ladzii laa ilaaha illaa huwa ‘aalimul ghaibi wasy syahaadati huwarrahmaanur rahiim.
23: Huwallahul ladzii laa ilaaha illaa huwal malikul qudduusus salaam mu’minul muhaiminul ‘aziizul jabbarul mutakabbiru subhaanallaahi ‘ammaa yusyrikuun.
24: Huwallaahul khaaliqul baari-ul mushawwiru lahul asmaa-ul husnaa yusabbihu huwal ‘aziizul hakiim.

QS 62 Al Jumu’ah (11 ayat) –ayat 9 – 11
9. Yaa ayyuhal ladziina aamanuu idzaa nuudiya lish shalaati miy yaumil jumu’ati fas’au ilaa dzikrillaahi wa dzarul bai’a dzaalikum khairul lakum in kuntum ta’lamuun.
10.Fa idzaa qudhiyatish shalaatu fan tasyiruu fil ardhi wab taghuu min fadhlillaahi wadz kurullaaha katsiiral la’allakum tuflihuun.
11.Wa idzaa ra-au tijaaratan au lahwaanin fadhdhuu ilaihaa wa tarakuuka qaaiman qul maa ‘indallaahi khairum minal lahwi wa minat tijaarati wallaahu khairur raaziqiin. 

QS 3: 133-136 ‘Aali Imraan
133:Wa saari’u ilaa maghfiratim mir rabbikum wa jannatin  ‘ardhuhas samaawaatu wal ardh u’iddat lil muttaqiin.
134: Alladziina yunfiquuna fis sarraa-i wadhdharraa-i wal kaazhimiinal ghaizha wal ‘aafiina ‘anin naasi wallaahu yuhibbul muhsiniin.
135: Wal ladziina idzaa fa’aluu faahisyatan au zhalamuu anfusahum dzakarullaaha fas taghfaruu li dzunuubihim wa may yaghfirudz dzunuuba ilallaahu wa lam yus iruu ‘alaa maa fa’aluu wa hum ya’lamuun.
136: Ulaa-ika jazaa-uhum maghfiratum mir rabbihim wa jannatun tajrii min tahtihal anhaaru khaalidiina fiihaa wa ni’ma ajrul ‘aamiliin.

Bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) pada waktu lapang dan pada waktu sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya, dan memaafkan kesalahan orang lain. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.
Dan (juga) orang-orang yang bila berbuat keji atau zhalim terhadap dirinya, mereka ingat kepada Allah, lalu mereka memohon ampun atas dosa-dosanya. Dan siapa lagi yang dapat mengampunkan dosa melainkan Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu sedang mereka mengetahui.
Balasan bagi mereka adalah ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik balasan orang yang beramal. 






QS 98 Al Bayyinah – Bukti yang Nyata, 8 ayat
    1.    Lam yakunil ladziina kafaruu min ahlil kitaabi wal musyrukiina munfakkiina hatta ta’tiyahumul bayyinah.
    2.    Rasuulum minallaahi yatlu shuhufam muthahharah.
    3.    Fiihaa kutubung qayyimah.
    4.    Wa maa tafarraqal ladziina uutul kitaaba illaa mim ba’di maa jaa-at-humul bayyinah.
    5.    Wa maa umiruu illaa li ya’budullaaha mukhlishiina lahud diina hunafaa-a wa yuqiimush shalaata wa yu’tuz zakaata wa dzaalika diinul qayyimah.
    6.    Innal ladziina kafaruu min ahlil kitaabi wal musyrikiina fii naari jahannama khalidiina fiihaa ulaa-ika hum syarrul bariyyah.
    7.    Innal ladziina aamanuu wa ‘amilush shaalihaati ulaa-ika hum khairul bariyyah.
    8.    Jazaa-uhum ‘inda rabbihim jannaatu ‘adnin tajrii min tahtihal anharu khaalidiina fiihaa abadaa radhiyallaahu anhum wa radhu ‘anhu dzaalika liman khasyiya rabbah.


QS 2: 32 Al Baqarah/ Sapi Betina, Qooluu subhanaka laa ilmaa lanaaillaa maa allamtana innaka….
QS 2 : 45 Al Baqarah/  Sapi Betina, Wastaiinuu bishshabri washsholaah…..
QS 2: 110-111 Al Baqarah/ Sapi Betina, …………….
QS 2:120-….  Al Baqarah/ Sapi Betina, ………………
QS 2:153-158 Al Baqarah/ Sapi Betina, Yaa ayyuhalladziina aamanuus ta’iinu bishshabri washshalaah …
QS 2: 156 (?) Al Baqarah/ Sapi Betina, … Qooluu innaa lillahi wa inna ilaihi raaji’uun


 QS 96 Al ‘Alaq – Segumpal Darah, 19 ayat
    1.    Iqra’ bismi rabbikal ladzii khalaq.
    2.    Khalaqal insaana min ‘alaq.
    3.    Iqra’ wa rabbukal akram.
    4.    Alladzii ‘allama bil qalam.
    5.    ‘Allamal insaana maa lam ya’lam.
    6.    Kallaa innal insaana la yathghaa.
    7.    Arra-aahus taghnaa.
    8.    Inna ilaa rabbikar ruj’aa.
    9.    Ara-aital ladzii yanhaa.
 10.    ‘Abdan idzaa shallaa.
 11.    Ara-aita in kaana ‘alal hudaa.
 12.    Au amara bit taqwaa.
 13.    Ara-aita in kadzdzaba wa tawallaa.
 14.    Alam ya’lam bi annallaaha yaraa.
 15.    Kallaa la-illam yantahi la nasfa’am bin naashiyah.
 16.    Naashiyatin kaadzibatin khaathi-ah.
 17.    Fal yad’u naadiyah.
 18.    Sa nad’uz zabaaniyah.
 19.    Kallaa laa tuthi’hu was jud waq tarib.

Dalil khitan : Hadits 1. Ada sepuluh ilmu dan amal bagi bapakmu Ibrahim, yang lima di kepala yang lima lagi di tubuh. Yang di kepala: bersiwak, berkumur, membersihkan lubang hidung, mencukur kumis dan jenggot. Yang di tubuh: khitan, istihdad/ meruncing (?), mencabut bulu ketiak, memotong kuku, …………..mencukur bulu kemaluan (?)

Memerangi sombong
a. menggembala domba b. naik kendaraan murah dan sederhana c. berpakaian sederhana d. duduk bersama fakir miskin e. makan bersama keluarga f. mengucapkan salam lebih dulu g. duduk di bawah

Qadar artinya ketentuan (pelaksanaan qadha yang telah ditentukan)

Zikir:                                                      
Tahmid: Alhamdulillah               
Istighfar: Astaghfirulaahhal azhiim
Tasbih: Subhanallah                              
Tahlil: Laa ilaa ha illallah            
Ta’awudz: A’udzubillahiminasyaithaannirrajiim           
Takbir: Allahu akbar                                                                                     Berhaul: Laa haula walaa quwwata illaa billah
          
Biasakan bersuci sebelum tidur dan memperbaharui wudlu setiap kali batal wudlu/  selalu berusaha menjaga diri berada dalam keadaan berwudlu

Tanda orang yang celaka:
mata kering karena tidak pernah menangis, hati keras enggan menerima kebenaran, sering berkhayal tentang kesenangan duniawi, terlalu cinta kehidupan dunia
Lupa dosa yang sudah diperbuat, selalu ingat kebaikan yang telah diperbuat, dalam hal kekayaan melihat ke atas, dalam hal ibadah mengambil minimal

Jika orang tua kita kafir jika masih hidup doakan agar mendapat hidayah dan berbuat baik serta hormat kepadanya

Tiada ada paksaan dalam beragama  ( Al Baqarah - QS 2:256)

Tentang larangan judi dan khamr (2:119)

Kewajiban bermusyawarah (3:159)

Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang mempedaya (3:185)

Hukum qishash dan keutamaan memaafkan (2:178-179)

Wajib berwasiat sebelum meninggal (2:180)



  Taubat yang sempurna antara lain dengan syarat:
Menyesali dosa terdahulu, menambah ilmu yang berkaitan dengan yang ditaubati
Memenuhi segala yang fardlu, menggiatkan ibadah
Mengembalikan hak orang yang dizhalimi, membuat lega orang yang pernah jadi lawan/ musuh/ dizhalimi
Mohon maaf dan halalnya dari orang yang dimusuhi/ memusuhi, mengubah pakaian dan perhiasan
Bertekad tidak mengulangi dosa tersebut, mengubah pergaulan
Melatih taat kepada Allah seperti ketaatan di masa tidak berdosa, mengubah akhlak dan perangai
Merasakan pahitnya taat seperti saat merasakan manisnya maksiat dulu, kurangi tidur dan istirahat untuk ibadah
Makan minum yang halal, bersedekah

Tentang ajal
·   Aali ‘Imraan -  QS 3:154 sudah ditentukan – orang yang berdiam di rumah jika ditetapkan mati di luar maka ia akan keluar ke tempat matinya telah ditentukan;
·   3:185 tiap jiwa akan merasakan mati;
·   3:145 kematian harus seizin Allah – tidak akan mati sesuatu/ seseorang  dengan cara apapun jika tidak seizin Allah;
·   4:78 kita tidak dapat menghindari maut dengan cara apapun

Perintah Zakat (At Taubah – QS 9:5,11,34-35,60,73,103),22:40-41,14:7,30:39
Zakat dipungut melalui amil At Taubah/ QS 9:103 karena a. kewajiban tiap orang yang telah sampai nishab, jika tidak sengaja dipungut maka akan banyak orang yang tidak menunaikannya (perlu usaha maksimal untuk memastikannya disamping mendisiplinkan umat) atau  menghindari menghitung dan niat secara tak benar b. menjaga perasaan mustahiq jika harus meminta langsung kepada muzakki c. efisiensi dan efektivitas pengumpulan dan penyaluran d. zakat bukan dikeluarkan atas dasar kedermawanan tetapi atas dasar kewajiban sehingga dapat dipaksakan (oleh pemerintahan yang berdasarkan hukum Islam) e. kebaikan dapat terujud adanya pemerataan dan rasa persaudaraan.                                                                                                              

Tips Terbebas Dari Hutang
Doa (Allahumma Inni A’udzubika min Ghalabatid Daini, wa Ghalabatid ‘Aduwwi, wa Syamaatatil A’daai – Wahai Tuhanku, Aku berlindung kepadaMu, dari terlilit hutang, kalah oleh musuh, dan hinaan orang-orang yang tak suka padaku)

Doa Khatam Qur’an ?
Allaahummar hamnii bil Qur’aan. Waj’alhulii imaa maaw wanuurraw wahudaw warahmah. Allaahumma dzakirnii min humaa nasiitu wa’alimnii min humaa jahiltu warzuqnii tilaawatihuu aanaaa ‘allayli wa athraafannahaar. Waj’alhu lii hujjatan yaa rabbal ‘aalamiin.

Yaa Allah, rahmatilah aku dengan Al Quran dan jadilanlah untukku Al Quran sebagai pedoman, dan cahaya, dan petunjuk, dan rahmat.
Yaa Allah ingatkanlah aku dari Al Quran apa-apa yang teleh aku lupa, dan ajarkanlah aku dari Al Quran apa-apa yang belum aku ketahui, dan berikanlah aku rizki dengan membaca Al Quran pada tengah malam dan penghujung siang, dan jadikanlah Al Quran untukku sebagai pembela, Wahai Tuhan semesta alam.

Allahumma ‘innii ‘a’uudzubika minal hammi wal hazan, wa ‘a’uudzubika minal ‘ajzi wal kasal, wa ‘a’uudzubika minal jubni wal buhl, wa ‘a’uudzubika min ghalabatid dayni waqahrir rijaal
Artinya: Ya Allah! Aku berlindung kepada Engkau daripada duka dan susah dan berlindung daripada lemah dan malas dan berlindung daripada takut dan bakhil/ kikir dan berlindung daripada banyak hutang dan penindasan orang.


Beda Qadha dan Qadar


Para ulama berbeda pendapat tentang perbedaan antara keduanya.
Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa Qadar adalah ketetapan Allah SWT di waktu terdahulu, sedangkan Qadha adalah keputusan Allah SWT tentang sesuatu ketika terjadi.

Jika Allah SWT menetapkan sesuatu pada waktunya, maka itulah qadar (pasti akan terjadi).
Jika tiba waktu terjadinya sesuatu itu, maka itu menjadi Qadha.
Dan yang seperti ini banyak di dalam Al Qur'an seperti firmanNya,
"Telah diputuskan perkara."
(QS. Yusuf: 41).

Allah SWT berfirman,
"Dan Allah menghukum dengan keadilan."
(QS. AL Mukmin: 20).

Banyak sekali ayat-ayat Al Qur'an lain yang serupa.
Jadi Qadar adalah ketetapan Allah SWT tentang sesuatu sebelum terjadinya, sedangkan Qadha adalah ketika terjadinya. 




PENGERTIAN IMAN

Dalam hadist di riwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan (Al-Iimaanu ‘aqdun bil qalbi waiqraarun billisaani wa’amalun bil arkaan). Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan laku perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.



PRINSIP – PRINSIP IMPLIKASI PROSES TERBENTUKNYA IMAN

Prinsip pembinaan berkesinambungan

Prinsip internalisasi dan individuasi

Prinsip sosialisasi

Prinsip konsistensi dan koherensi

Prinsip integrasi

TANDA – TANDA ORANG BERIMAN
Al-Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang beriman sebagai berikut :
·         Jika di sebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmuAllah tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika di bacakan ayat suci Al-Qur’an, maka bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya (al-Anfal:2).
·         Senantiasa tawakal, yaitu kerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah,diiringi dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allahmenurut 6.sunnah Rasul (Ali Imran: 120, al-Maidah: 12, al-Anfal: 2, at-Taubah: 52, Ibrahim: 11, Mujadalah: 10, dan at-Thaghabun: 13).
·         Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al-Anfal: 3, dan al-Mu’minun: 2,7).
·         Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mu’minun: 4).
·         Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al-Mu’minun: 3,5)
·         Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mu’minun: 6)
·         Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal: 74)
·         Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62)

CARA MEMPERBAHARUI IMAN
·         Perbanyaklah menyimak ayat-ayat Al-Quran
·         Rasakan keagungan Allah seperti yang digambarkan Al-Qur’an dan Sunnah
·         Carilah ilmu syar’i
·         Mengikutilah halaqah dzikir
·         Perbanyaklah amal shalih
·         Lakukan berbagai macam ibada
·         Hadirkan perasaan takut mati dalam keadaan su’ul khatimah
·         Banyak-banyaklah ingat mati
·         Mengingat-ingat dahsyatnya keadaan di hari akhirat
·         Berinteraksi dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan fenomena alam
·         Berdzikirlah yang banyak
·         Perbanyaklah munajat kepada Allah dan pasrah kepada-Ny
·         Tinggalkan angan-angan yang muluk-mulu
·         Memikirkan kehinaan duni
·         Mengagungkan hal-hal yang terhormat di sisi Alla
·         Menguatkan sikap al-wala’ wal-bara
·         Bersikap tawadh
·         Perbanyak amalan hat
·         Sering menghisab dir
·         Berdoa kepada Allah agar diberi ketetapan iman

TAQWA

PENGERTIAN
Kata taqwa (التَّقْوَى) dalam etimologi bahasa Arab berasal dari kata kerja (وَقَى) yang memiliki pengertian menutupi, menjaga, berhati-hati dan berlindung. Oleh karena itu imam Al Ashfahani menyatakan: Taqwa adalah menjadikan jiwa berada dalam perlindungan dari sesuatu yang ditakuti, kemudian rasa takut juga dinamakan taqwa. Sehingga taqwa dalam istilah syar’i adalah menjaga diri dari perbuatan dosa.

TANDA – TANDA ORANG BERTAQWA
·         Beriman kepada ALLAH dan yang ghaib (QS. 2:2-3)
·         Sholat, zakat, puasa (QS. 2:3, 177 dan 183)
·         Infaq disaat lapang dan sempit (QS. 3:133-134)
·         Menahan amarah dan memaafkan orang lain (QS. 3: 134)
·         Takut pada ALLAH (QS. 5:28)
·         Menepati janji (QS. 9:4)
·         Berlaku lurus pada musuh ketika mereka pun melakkukan hal yang sama (QS. 9:7)
·         Bersabar dan menjadi pendukung kebenaran (QS. 3:146)
·         Tidak meminta ijin untuk tidak ikut berjihad (QS. 9:44)
·         Berdakwah agar terbebas dari dosa ahli maksiat (QS. 6:69)

KEUTAMAAN DAN GANJARAN ORANG-ORANG YANG BERTAKWA
o        Diberi jalan keluar serta rezeki dari tempat yang tak diduga-duga (QS. 65:2-3)
o        Dimudahkan urusannya (QS. 65:4)
o        Dilimpahkan berkah dari langit dan bumi (QS. 7:96)
o        Mendapat petunjuk dan pengajaran (QS. 2:2, 5:46, 2:282)
o        Mendapat Furqan (QS. 8:29)
o        Cepat sadar akan kesalahan (QS. 7:201)
o        Tidak terkena mudharat akibat tipu daya orang lain (QS.3:120)
o        Mendapat kemuliaan, nikmat dan karunia yang besar (QS. 49:13, 3:147)
o        Tidak ada kekhawatiran dan kesedihan (QS. 7:35)
o        Sebaik – baik bekal (QS. 2:197)
o        ALLAH bersamanya (QS. 2:194)
o        ALLAH menyukainya (QS. 9:4)
o        Mendapat keberuntungan (QS. 3:200)
o        Diperbaiki amalnya dan diampuni dosanya (QS. 33:70-71)
o        Mendapat rahnmat (QS. 6:155)
o        Tidak disiasiakan pahala mereka (QS. 12:90)
o        Diselamatkan dari api neraka (QS. 19:71-72)

Taqwa adalah amalan hati dan letaknya di qalbu. “Demikianlah (perintah ALLAH). Dan barang siapa mengagungkan syiar – syiar ALLAH maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati. (QS 22:32).
Keimanan dan ketaqwaan seorang muslim adalah kunci agar mendapatkan ridho dan barokah dari Allah swt.
Iman Islam dalam diri seorang muslim harus dibarengi dengan taqwa.
Bila seorang muslim percaya dengan keberadaan Allah, maka tentunya ia takut kepada Allah. Itulah yang dinamakan taqwa.

IMPLEMENTASI IMAN & TAQWA
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia.
a. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda
b. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
c. Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan.
d. Iman memberikan ketentraman jiwa
e. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah)
f. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
g. Iman memberikan keberuntungan
h. Iman mencegah penyakit.

KESIMPULAN
Iman didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan (Al-Iimaanu ‘aqdun bil qalbi waiqraarun billisaani wa’amalun bil arkaan). Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan laku perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup. Sedangkan taqwa adalah menjadikan jiwa berada dalam perlindungan dari sesuatu yang ditakuti, kemudian rasa takut juga dinamakan taqwa. Sehingga taqwa dalam istilah syar’i adalah menjaga diri dari perbuatan dosa.
Sebagai umat muslim dan hamba Allah swt, ada baiknya kita bersungguh-sungguh dalam melaksanakan perintah Allah swt dan meninggalkan segala perbuatan dosa dan maksiat, baik yang kecil maupun yang besar. Mentaati dan mematuhi perintah Allah adalah kewajiban setiap muslim. Dan juga, seorang muslim yang bertaqwa itu membersihkan dirinya dengan segala hal yang halal karena takut terperosok kepada hal yang haram





Dari Ibnu Abbas ra, katanya Rasulullah saw mengajarkan kepada mereka do’a berikut ini, seperti halnya beliau mengajarkan Al Quran. Sabda beliau:
“Bacalah, Allahumma innana’udzubika min ‘adzabi jahannam, wa a’udzubika min ‘adzabil qabri, wa ‘audzubika min fitnatil mahya wal mamati”
(Ya Allah kami berlindung kepada-Mu dari siksa neraka , dari siksa kubur, dari bencana kejahatan dajjal dan dari bencana hidup dan mati) – HR Muslim

Doa masuk WC: Bismillaahi, Allaahumma innii a’uudzubika minal khubutsi wal khobaaitsi.
Keluar WC: Alhamdulillahiladzii ‘adzhaba’ annil ‘adzaa wa ‘aafaanii

Dalil Wudhu: Al Maidah  ayat 6 – muka, kedua tangan, sampai siku, kepala, kaki sampai mata kaki (Jadi dari ujung kaki sampai mata kaki)

Masuk masjid: Allahummaftahlii abwaaba rahmatika
Keluar masjid: Allahummaftahlii’abwaaba fadlika

Mau  tidur: Bismikallahumma ahyaa wabismika amuut.
Bangun tidur: Alhamdulillahilladzii ahyaanaa ba’damaa amaatanaa wa i’laihin nusyuur – Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami.

Jika lupa baca Basmallah di awal makan, baca: Bismillahi ‘awwaluhu wa akhiruhu – Dengan nama Allah awalnya dan akhirnya.

Dalil Khitan An Nahl 123 ttg mengikuti ajaran Ibrahim yang lurus (termasuk diantaranya berkhitan yang diperintahkan Allah SWT ketika Ibrahim telah berusia 80 tahun), karena perintah berarti hukumnya wajib bagi pria sedang bagi wanita sunnah saja yakni membuang sedikit kulit di bagian atas kelamin wanita yang serupa jengger ayam. Ingat bukan membuang kelentit/ clitorisnya.

Memerangi sombong



                              

Arti dan Makna Shalawat


Shalawat Nabi.
Sholalloh 'ala Muhammad.
Allohuma Sholli 'alaihi.

Jika nama Nabi Muhammad maka jawablah dengan doa. Di atas contoh shalawat dan bacaan untuk menjawabnya. yang paling sedrhana.

Arti Shalawat.
Kalau mengacu definisi dalam bahasa Arab, termaktub dalam ensiklopedia, ditulis KH. Syarief Muhammad, shalawat adalah doa, rahmat Alloh SWT, berkah dan ibadah.

Secara istilah,
shalawat adalah menyampaikan permohonan doa keselamatan dan keberkahan kepada Allah SWT untuk Nabi Muhammad SAW dan yang membacanya akan mendapatkan pahala.

Pengertian Ruqyah

Pada dasarnya ruqyah sama seperti doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT agar Allah berkenan memberikan kesembuhan penyakit, baik fisik maupun batin. Karena arti ruqyah sendiri secara bahasa adalah bacaan atau mantra.

Akan tetapi doa-doa untuk penyembuhan tersebut tidak boleh sembarangan melainkan yang sesuai dengan syariat Islam, yakni bacaan yang terdiri dari ayat Al Qur'an, Asmaul Husna serta doa-doa yang dicontohkan Nabi SAW berdasarkan hadits yang shahih.