TAFAKUR CINTA
(untuk kita renungkan)
Imam Ahmad pernah menceritakan perihal
istrinya, beliau mengatakan:
ﺃﻗﻤﺖ ﻣﻊ ﺃﻡ ﺻﺎﻟﺢ ﺛﻼﺛﻴﻦ ﺳﻨﺔ، ﻓﻤﺎ ﺍﺧﺘﻠﻔﺖ ﺃﻧﺎ ﻭﻫﻲ ﻓﻲ ﻛﻠﻤﺔ، ﺛﻢ ﻣﺎﺗﺖ ﺭﺣﻤﻬﺎ ﺍﻟﻠﻪ
''Aku hidup bersama Ummu Shaleh selama 30 tahun. Aku dan dia tak pernah
berselisih meski dalam satu kata sekalipun. Kemudian dia meninggal
dunia, semoga Allah merahmatinya''
Semoga Allah rahmati keduanya.
Fragmen diatas setidaknya mengajak kita untuk bercermin kembali, entah posisi kita sebagai seorang suami maupun seorang Istri.
Ummu sholeh adalah sosok yang sangat langka dizaman ini. Sebagaimana
langkanya Sosok Imam Ahmad. Kisah ketaatan ummu sholeh bagai sesuatu
yang semu, ia seperti sosok khayalan dalam kisah-kisah romansia
Hari ini..
Sebagian istri lupa atau bersikap masa bodoh terhadap kewajiban mereka
sebagai ma'mum dalam keluarga. Adakalanya -tanpa merasa berdosa- seorang
istri berani membentak suaminya. Seakan lupa bahwa suami adalah jalan
baginya menuju surga. Kondisi ini terkadang membuat sebagian suami
memilih menyepi agar dapat menumpahkan tangis kecewa karena ulah sang
istri yang sulit diatur.
Padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﺃَﻳُّﻤَﺎ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓٍ ﻣَﺎﺗَﺖْ ﻭَﺯَﻭْﺟُﻬَﺎ ﺭَﺍﺽٍ ﻋَﻨْﻬَﺎ ﺩَﺧَﻠَﺖِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ
“Wanita (istri) mana saja yang meninggal dalam keadaan suaminya ridha kepadanya niscaya ia akan masuk surga.” (HR. At-Tirmidzi)
Islam telah menetapkan bahwa ketaatan terhadap suami merupakan
kewajiban yang harus didahulukan seorang istri diatas ketaatan terhadap
kedua orangtuanya.
Rasul bersabda:
ﻟَﻮْ ﻛُﻨْﺖُ ﺁﻣِﺮًﺍ ﻟِﺄَﺣَﺪٍ ﺃَﻥْ ﻳَﺴْﺠُﺪَ ﻟِﺄَﺣَﺪٍ ﻟَﺄَﻣَﺮْﺕُ ﺍﻟْﻤَﺮْﺃَﺓَ ﺃَﻥْ ﺗَﺴْﺠُﺪَ ﻟِﺰَﻭْﺟِﻬَﺎ
“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang
lain niscaya aku akan memerintahkan istri untuk sujud kepada suaminya.”
(HR. At-Tirmidzi)
Selengkapnya di:
_________________
Madinah 06-07-1436 H
✏ Ditulis oleh Ustadz Aan Candra Thalib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar